Dalam sebuah pidato, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, menanamkan minat generasi muda pada sektor pertanian sangatlah penting, mengubah mindset anak sekolah bahwa sektor pertanian bermasa depan, menanamkan minat tersebut sejak usia sekolah.
Menteri yang akrab disapa SYL ini menekankan bahwa sumber daya manusia Indonesia harus berkualitas, sehat, aktif dan produktif. Untuk itu, salah satu intervensi yang dilakukan adalah melalui program PMS.
“Pertanian kita harus maju, maka kita buat Pertanian Masuk Sekolah. Anak-anak sekolah harus memiliki pemahaman pertanian, sehingga keluar dari sekolah minimal memiliki kemampuan memproduksi pangan keluarga,” ujar Mentan SYL.
Kepala BKP Kementan, Agung Hendriadi menjelaskan, tahun 2019 PMS telah dimulai di 68 lokasi yang tersebar di 34 provinsi. PMS diharapkan dapat meningkatkan produksi pangan dan menjadi sekolah lapang dan dengan dukungan alsintan serta pendampingan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang ada di tiap provinsi.
Menurutnya, siswa diperkenalkan berbagai macam sayur atau tanaman yang akan dibudidayakan, termasuk manfaat dan nilai ekonomis komoditasnya. Selanjutnya, siswa akan dilatih cara budidaya, pengendalian hama, penyakit tanaman, dan perawatan tanaman. Agung pun berharap jika aktivitas ini menumbuhkan kecintaan siswa terhadap pertanian dan direplikasi untuk dikembangkan di rumah.
“Selain sebagai edukasi kepada generasi muda untuk mengenal dunia pertanian, PMS ini juga diharapkan dapat memudahkan akses bahan pangan yang beragam, bergizi, dan seimbang,” kata Agung.
Lebih lanjut Agung mengungkapkan, di tahun 2020, kegiatan PMS difokuskan pada daerah rentan rawan pangan berdasarkan peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA).
Sementara itu, Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Andriko Noto Susanto menyebutkan, Kementan memberikan bantuan dukungan dana yang digunakan untuk membangun rumah bibit, demplot, dan lahan pertanaman. Selain itu, Kementan juga memberikan pendampingan teknis bagi sekolah-sekolah. Ada pula bantuan berupa handsprayer, cultivator, dan pompa air.
Sekolah-sekolah yang menerima program PMS pun mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Kementan, seperti SMA 2 Playen Yogyakarta. Kepala SMAN 2 Playen, Tumisih mengungkapkan terima kasih kepada Kementan, karena sekolahnya dipercaya sebagai penerima program PMS.
Sekolah ini selain memiliki pengajar berlatar belakang pertanian, juga memiliki lahan seluas 3.5 ha, sehingga anak-anak tertarik dengan pertanian.
“Upaya-upaya yang kami lakukan bukan pertanian tradisional, tetapi sudah menggunakan teknologi terutama teknologi budidaya hidroponik dengan binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jadi, bukan pertanian jadul, tetapi pertanian milenial,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Sekolah SMA 8 Manado, Mediatric. Ia mengungkapkan kebahagiaannya akan program PMS karena ada perubahan besar semenjak program ini masuk ke sekolahnya.
“Sebelumnya kami hanya fokus ke tanaman bunga, tapi sejak ada program PMS ini, sekarang ada budidaya pertanian yang sangat menarik. Siswa belajar pembibitan, menanam di hidroponik dan budidaya langsung di kebun. Kami mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari orang tua dan pihak luar karena ada perubahan besar di sekolah kami, “ tuturnya. l Adv