Umroh dan Haji, Menaikkan Status Saat kamu berniat akan melaksanakan ibadah umroh atau haji, maka bersiap-siaplah melewati ujian?
“Kenapa bisa begitu?”
lya, karena umroh atau haji adalah ibadah yang tidak hanya akan menaikkan kelas sosialmu saja, melainkan juga menaikkan kelas spritualmu, dimana ujiannya tidak akan mudah. Ibarat anak sekolah, dia pasti akan melewati ujian saat naik kelas, dan semakin tinggi kelasnya, maka ujiannya pun semakin sulit. Apalagi ujian saat kelulusan.
Ada 3 ujian dalam umroh, yaitu
1. Pra-umroh.
Ujian Sebelum berangkat umroh. Ujiannya masih agak ringan, tapi akan terasa berat bagi orang yang pertama kali mengalaminya, seperti ada kendala saat pembuatan paspor, mengalami kecelakaan kecil, sakit dan yang sering terjadi adalah adanya konflik antara keluarga besar, misalnya berselisih paham dengan saudara kandung, dengan ipar, dengan mertua, atau bahkan dengan tetangga.
Untuk itu, saat manasik umroh saya selalu mengingatkan para jamaah untuk meminta maaf kepada semua orang di sekitarnya sebelum berangkat umroh, terutama meminta maaf pada orang yang sudah berselisih cukup lama. Saya sarankan juga kepada jamaah untuk tetap tenang. Tidak usah panik. Apapun yang terjadi, harus disadari bahwa itu adalah sebuah ujian, dimana ujian itu tidak semuanya harus dicari solusinya. Terkadang cara menghadapi ujian, adalah dengan diam dan tidur, nanti biar Tuhan yang akan menyelesaikannya..
2. Saat Umroh.
Ujian saat berada di kota Madinah dan di kota Mekkah. Ujian ini lebih menyerang ke diri sendiri, seperti sakit, hilang atau tersesat, malas makan, malas ke masjid, malas beribadah, marah-marah ga jelas, konflik sesama jamaah, terutama dengan keluarga atau teman sekamar, dll.
Sejak awal keberangkatan umroh, saya sampaikan kepada para jamaah bahwa nanti di Medina dan di Mekkah, sifat aslinya seseorang itu akan keluar, karena mereka capek! Ibadah umroh itu adalah ibadah fisik, dan saat capek pasti tidak bisa mengontrol emosi. Dan saat emosi keluar, pasti akan menyerang orang orang yang ada di dekatnya. Untuk itu, harus disadari bahwa ketika emosi itu muncul, maka lebih baik memilih baca Alquran atau diam saja kemudian tidur. Itu jauh lebih baik. Sebab setiap perkataan dan perbuatan kita selama di kota suci, pasti ada konsekuensinya, yaitu balik ke diri sendiri.
3. Post-Umroh. Ujian setelah datang dari umroh. Ujian ini sangat berat, bahkan banyak orang yang tidak mampu melewatinya. Mabrur dan makbulnya ibadah umroh (atau haji) ditentukan setelah datang umroh, karena ujiannya sangat berat. Ada yang sampai bercerai, keluarganya hancur berantakan, anak anaknya kabur, ekonomi nya bangkrut, juga ada yang tiba-tiba sakit keras, dll.
Hal itu terjadi karena para jamaah tidak menyadari bahwa yang datang padanya adalah ujian bukan justru ‘jalan’ dari Tuhan. Mentang-mentang saat di depan Ka’bah minta duit, eh pas datang orang menawarkan duit, langsung oke tanpa mikir panjang, dan ternyata itu adalah penipuan. Mentang-mentang minta bahagia, eh pas ketemu orang yang sejak dulu diimpikan, malah berselingkuh dan rumah tangga nya hancur. DII
Tuhan akan menguji apa yang kita minta padaNya saat berada di kota suci. Tuhan juga menguji atas apa yang kita hindari atau yang kita takutkan. Dan Tuhan menguji atas apa yang kita cintai
“Wah ngeri yaa? Trus saya harus gimana? Kan saya juga mau umroh?”
Hee, gak usah takut! Katanya mau naik kelas?! Yaa konsekuensinya memang harus begitu, tapi 85% jamaah yang pernah umroh bareng saya, semuanya makbul dan bahagia. Dan setelah saya perhatikan, bagaimana mereka bisa melewati ujian tersebut, ternyata kuncinya hanya satu, yaitu ikhlas menerima. Disuruh ke barat, ya ke barat. Disuruh ke timur ya ke timur. Di kasih ini, yaa diterima. Gak dikasih, ya sabar. Gak pernah ngeluh dan gak pernah komplain. Ibadahnya biasa-biasa saja, semampunya, tidak berlebihan. Semuanya sederhana.
So, umroh yuk! Untuk uji nyali! Seberapa kuat mental dan spritual mu!!!