Resesi Ekonomi di 2020?

NUJUM adalah suatu kegiatan untuk meramalkan (mengetahui) nasib orang dan lain sebagainya. Banyak orang suka mengulas nujum, untuk mengetahui peruntungan dia di tahun ini dan juga tahun depan. Semua meramal apa yang bakal terjadi ketika mentari awal tahun baru muncul menyapa alam. Menebarkan harapan akan nasib baik dengan penerawangan.

Biasanya di bulan Desember ramai pembahasan atas hal ini. Entah itu membahas dari sisi ekonomi makro, mikro, politik, dan sebagainya. Semua berebut cari tahu apa yang akan terjadi di tahun baru nanti. Bagaimana dengan ekonomi Indonesia?

Sepanjang 2019 ini ekonomi Indonesia bertumbuh semakin lambat. Gejala ini menandakan Indonesia tengah menghadapi masa sulit. Penyebabnya adalah tekanan ekonomi global dan kurangnya kekuatan untuk mendongkrak perekonomian domestik.

Dapatkan Majalah PORTONEWS versi digital

Dibandingkan dengan capaian kuartal III 2018, maka pada kuartal III 2019 ini laju investasi (PMTB/Pembentukan Modal Tetap Bruto) dan ekspor kian tertekan. Laju konsumsi rumah tangga masih bisa dipertahankan, namun kian rentanterhadap berbagai kenaikan harga akibat dinaikkannya tarif jalan tol dan iuran BPJS Kesehatan.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memberikan beberapa saran kepada pemerintah untuk menghadapi 2020, berdasarkan perkembangan yang terjadi sepanjang kuartal III 2019. Pemerintah perlu segera mengantisipasi sumber-sumber gejolak perlambatan.

Di sektor perdagangan, perang dagang Antara Amerika Serikat dan Cina menyebabkan prospek ekonomi global melambat. Tahun lalu, AS mengalami defisit hingga US$419 miliar terhadap Cina. Pada periode Januari- Agustus 2019, defisitnya mencapai US$231 miliar. Aksi berbalas tarif masuk komoditas kedua ini amat berpengaruh terhadap ekonomi global. AS dan Cina menguasai sekitar 35 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

Investasi yang masuk ke Indonesia terlihat semakin mengarah ke sektor jasa yang relatif kedap terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan telah terjadi pergeseran struktur investasi Indonesia dari sekunder ke tersier. Meningkatkan porsi investasi ke sektor jasa menyebabkan pertumbuhan di sektor jasa, khususnya jasa perusahaan, jasa lainnya, serta jasa informasi dan komunikasi mampu tumbuh masing-masing sebesar 10,22 persen, 10,72 persen, dan 9,15 persen.

Faktor lain yang mengurangi minat investor asing menanamkan modalnya di Indonesia adalah peliknya pengurusan izin usaha. Data Ease Doing Business 2019 menunjukkan bahwa Starting a Business (peringkat 134) menghabiskan waktu rata-rata 19,6 hari, Dealing with Construction

Permit (peringkat 112) dengan waktu 200,1 hari, Registering Property dengan waktu 27,6 hari. Kondisi perekonomian global saat ini disebut masih dibayangi resesi. Hal itu pun berdampak pada perekonomian Indonesia yang ikut terancam resesi akibat gejolak ekonomi global.

Penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi ini turut menciptakan keadaan di mana pertumbuhan ekonomi riil bernilai negative selama dua kuartal atau lebih. Pertanyaan semua orang di Republik Indonesia ini, mampukah pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Indonesia Joko Widodo bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin mencegah terjadinya resesi di tahun 2020?

BeritaTerkait Lainnya

Edisi Terakhir Portonews

LEBIH MUDAH DENGAN APLIKASI PORTONEWS :

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Translate »