Jakarta, Portonews.com – Kegiatan Regional Maritime Pollution Exercise (Marpolex) bakal digelar pada tahun 2024 di Filipina. Even internasional tersebut dilakukan sebagai ajang latihan untuk untuk mengasah kemampuan dan meningkatkan kompetensi penanggulangan pencemaran dan tumpahan minyak di laut.
Disamping itu meningkatkan kerjasama antar tiga negara, yaitu Indonesia, Filipina dan Jepang dalam hal perkembangan teknologi penanggulangan tumpahan minyak. Regional Marpolex ini juga diharapkan mendongkrak kapabilitas dalam operasi pengamatan, pengamanan, pencarian dan pertolongan, pemadaman kebakaran, penanggulangan tumpahan minyak, penanggulangan dampak pencemaran dan tumpahan minyak di laut.
Kendati demikian, kita tahu apakah Marpolex dilakukan semata mengarah pada penanggulangan tumpahan minyak yang diketahui asal muasalnya. Padahal tidak sedikit tumpahan minyak berasal dari pelaku yang tidak dapat diidentifikasi pelakunya (un-identified sources).
Salah satu contoh kasus di Indonesia. Sebut saja misalnya, kejadian tumpahan minyak di Bintan, Batam, dan Kepulauan Seribu, merupakan kejadian pencemaran yang umumnya un-identified sources.
Berdasarkan catatan Karliansyah, mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), clean up dan pemusnahan tumpahan minyak di Bintan dan Batam pada tahun 2017 – 2020 sebagai berikut; Pada tahun 2017 di Bintan tercatat sebanyak 6 ton tumpahan minyak. Pada 2018 di Bintan tercatat sebanyak 20 ton. Pun tahun 2019 tercatat sebanyak 20 ton. Dan pada tahun 2020 terdapat 30 ton tumpahan minyak.
Sedang di Batam pada tahun 2018 terdapat sebanyak 35,2 ton tumpahan minyak. Pada tahun 2019 tercatat sebanyak 23 ton. Tahun 2020 tercatat sebanyak 33 ton tumpahan minyak.
Sementara tumpahan minyak tidak bertuan juga terjadi di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu pada Selasa (13/10/2020). Warga sekitar mengumpulkan ceceran emas hitam yang dibungkus plastik hitam. Volumenya mencapai sekitar 805 kg.
Peristiwa tumpahan minyak yang tidak diketahui sumbernya juga sering terjadi setiap tahun pada Musim Utara di Kepulauan Riau. Bahkan telah berlangsung sejak puluhan tahun sampai saat ini.
Sebenarnya, peristiwa tumpahan minyak tidak berdiri sendiri. Ada beraneka kepentingan melingkupinya. Ada industri dengan beragam elemennya. Ada pemerintah dengan aparat yang mewakili pemerintah. Ada pula agenda global, yang mengusung isu lingkungan hidup.
Dalam lanskap tersebut kejadian tumpahan minyak dan Marpolex 2024 dimaknai sehingga bisa kontekstual dengan situasi kekinian. Dengan demikian, diharapkan dapat melihat kasus tumpahan minyak secara holistik dan proporsional. Tidak sekadar latihan, seremonial dua tahunan tetapi implementasi dan pengawasannya di lapangan belum maksimal. Terkesan lemah dan tumpul.