Capres/Cawapres Pembawa Harapan

LAZIMNYA sebuah pesta, maka pesta demokrasi seharusnya memberikan kemeriahan bagi semua masyarakat Indonesia yang akan menggelar pemilihan umum April 2019 mendatang. Pemilu 2019 adalah ajang memilih
Presiden dan Wakil Presiden. Sebuah momentum yang amat penting bagi penentuan masa depan bangsa Indonesia.

Ada dua pasang calon yang tampil yakni Ir Joko Widodo-Prof Dr KH Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno. Dari pantauan pemberitaan di media mainstream maupun media sosial pascapenetapan dua capres dan cawapres tersebut oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) ada semacam kekecewaan terhadap
pasangan capres/cawapres tersebut. Kekecewaan itu akibat ketidakkonsistenan partai politik mulai dari proses penjaringan calon pemimpin hingga penetapan capres dan cawapres, dimana belum terbebas dari cara transaksional.


Unduh PORTONEWS versi digital

Pemilu yang terbaik seharusnya menghasilkan pemimpin yang terbaik pula. Begitu teorinya. Namun hampir setiap pemilu tidak bisa menghasilkan tokoh yang hebat dan memuaskan semua orang. Dalam Pilpres 2019, KPU sudah menetapkan dua pasang calon yang diajukan partai pengusung dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Karena itu, kita setuju dengan pernyataan Romo Magniz Suseno yang mengatakan bahwa pemilu bukan memilih
pemimpin yang terbaik, melainkan mencegah yang buruk berkuasa. Pendapat itu tentu sangat relevan dalam
Pilpres mendatang. Dan memang, tidak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pro dan kontra soal capres dan pasangannya adalah hal yang wajar. Demikian pula saling melontarkan kritik
antara pendukung capres/cawapres. Ada pendukung sampai mendewadewakan bahwa jagoannya lebih hebat, punya kapasitas, berwibawa, tegas dan lain sebagainya, serta mencari kelemahan lawan yang didukungnya. Namun hendaknya kritikan itu disampaikan secara arif dan bijaksana dengan didukung fakta, bukan sekedar menjatuhkan pihak lawan tanpa data (hoax).

Kita berharap dari calon pemimpin yang akan bertarung di Pilpres 2019 bukan hanya sekedar mengobral janji-janji yang tidak rasional, tetapi membuat program skala prioritas menyelesaikan masalah bangsa, dan bisa secepatnya direalisasikan. Programnya harus membumi dan benar-benar menyentuh kepentingan rakyat, mensejahterakan rakyat dan memajukan bangsa dan negara. Jadi, kita tidak butuh pemimpin sekadar propaganda.

Pemimpin itu bukan semata masalah jabatan dan kedudukan, tapi masalah mentalitas, kapasitas dan integritas seseorang orang yang dipilih. Ada dua metode sederhana dalam menilai calon pemimpin yakni melihat track record-nya (rekam jejak) dan melihat kinerjanya. Untuk itulah, masyarakat harus jeli, teliti, dan cerdas dalam menentukan pilihan. Salah memilih pemimpin berarti, bangsa kita kembali berjalan mundur lima tahun dan impact-nya bisa berpuluh-puluh tahun, sementara negara lain melaju terus.

Mari lihatkan mana sosok calon pemimpin yang memiliki kapasitas dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa
seperti membangkitkan pertumbuhan perekonomian, mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Kemudian, kerja keras, karya nyata, rendah hati, serta rasional dalam membuat program-progamnya, bukan sekadar propaganda dan membuat janji-janji kosong demi menggapai kekuasaan.

Salam,
Krisman Kaban

Edisi Terakhir Portonews

LEBIH MUDAH DENGAN APLIKASI PORTONEWS :

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Translate »