Yogyakarta, Portonews.com – Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen untuk terus berinovasi dalam menyelesaikan berbagai tantangan kota, salah satunya melalui kerja sama strategis dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam rangka mewujudkan kota yang lebih bersih, berkembang, dan sejahtera, kolaborasi ini akan melibatkan tiga fokus utama: pengelolaan sampah berbasis teknologi, pengembangan kampung tematik yang berbasis pada kearifan lokal, serta pembentukan food bank untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Keseriusan ini diungkapkan langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, setelah pertemuan penting dengan Rektor UGM, Profesor Ova Emilia, pada Kamis (6/3).
Hasto menjelaskan bahwa salah satu fokus utama dari kerja sama ini adalah di bidang teknologi untuk pengelolaan sampah. Ia menyatakan bahwa UGM memiliki teknologi serta pengalaman terbaik yang bisa diadaptasi di Yogyakarta untuk menjadi proyek percontohan. “Terkait pengelolaan sampah, kerja sama yang akan dijalin adalah di bidang teknologi. Pengembangan teknologi dan best practices yang ada di UGM bisa diimplementasikan di Yogyakarta sebagai pilot project. Bagaimana reduce sampah di hulu hingga pengelolaannya di hilir,” tuturnya.
Selain itu, Hasto juga membahas inisiatif kampung tematik yang akan dijalankan melalui program One Village One Sister University. Dalam program ini, Pemkot Yogyakarta akan menggandeng fakultas atau program studi di UGM untuk memberikan pendampingan kepada setiap kampung di Yogyakarta yang akan mengangkat tema-tema tertentu. “Fokusnya adalah pembangunan berbasis sumber daya manusia yang berorientasi pada kesejahteraan. Jadi dari 169 kampung di Kota Yogya itu nanti didampingi universitas, masing-masing punya tema dan ciri khas untuk dikembangkan,” ujarnya lebih lanjut.
Selanjutnya, Hasto juga menyebutkan tentang program food bank yang akan menjadi salah satu prioritas kerja sama tersebut. Mengingat Yogyakarta tidak memiliki lahan pertanian yang cukup, Pemkot berencana untuk mengembangkan sistem penyimpanan dan distribusi pangan untuk masyarakat yang membutuhkan. “Sesuai arahan Presiden supaya desa itu punya lumbung pangan, karena Kota Yogya tidak punya sawah, jadi akan kami buat food bank yang ternyata gagasannya sama dengan UGM melalui food rescue,” jelas Hasto. Program ini akan berfokus pada penyediaan pangan bagi kelompok rentan, seperti lansia, balita, dan ibu hamil dari keluarga kurang mampu.
Menurut Hasto, kerja sama ini juga akan melibatkan mitra dan relawan dari berbagai sektor, seperti hotel, restoran, perusahaan, dan individu yang memiliki stok pangan yang dapat disalurkan ke food bank. Pangan yang terkumpul nantinya akan disalurkan kepada penerima yang membutuhkan setelah melalui proses pengolahan dan penyimpanan di Rumah Pemulihan Gizi, yang rencananya akan digunakan sebagai gudang cold storage. “Potensi mitra ataupun volunteer yang punya kemampuan stok pangan misalnya hotel, restoran, perusahaan ataupun individu akan disampaikan ke Pemkot. Nanti akan dikelola, dijemput dan dibawa ke gudang cold storage yang rencananya di Rumah Pemulihan Gizi, diolah lalu didistribusikan ke target sasaran,” tambahnya.
Hasto juga menegaskan bahwa dalam 100 hari kerja pertamanya, berbagai kerja sama ini akan langsung dijalankan, termasuk dengan UGM, serta inisiatif food bank dan program kebersihan sampah yang akan segera dimulai. “Program 100 hari kerja ini gerak cepat, apa yang bisa dilakukan langsung dikerjakan. Seperti PKS dengan UGM nanti sudah jalan, food bank mulai kick off, sampah di Depo bersih. Kami optimis ini bisa berjalan,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Rektor UGM, Profesor Ova Emilia, menyambut baik rencana kerja sama ini. Ia menilai bahwa pengelolaan sampah menjadi isu yang sangat penting di Yogyakarta, dan UGM telah memiliki sejumlah pengalaman yang relevan, salah satunya melalui Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) di Berbah. “Sampah ini menjadi urgensi di Yogyakarta, untuk di UGM sudah ada beberapa praktik baik tentang waste management, seperti halnya pengelolaan sampah yang kami lakukan melalui Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) di Berbah. Tentu akan semakin bermanfaat ketika dikembangkan bersama wilayah seperti dengan Kota Yogya,” kata Ova Emilia.