Jakarta, Portonews.com – Berdasarkan data Posko Bakauheni, yang mencakup Pelabuhan Bakauheni, Panjang, dan BBJ Muara Pilu, selama 24 jam pada H+1 Lebaran, total penumpang yang menyeberang dari Sumatera ke Jawa tercatat sebanyak 57.801 orang.
Angka ini mengalami penurunan sebesar 4,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kendaraan yang menyeberang juga turun sebesar 5,0%, dengan total mencapai 14.866 unit, dibandingkan dengan 15.653 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, jumlah keseluruhan penumpang yang menyeberang dari Sumatera ke Jawa sejak H-10 hingga H+1 Lebaran mencapai 511.267 orang, atau meningkat 1,4% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, total kendaraan yang menyeberang tercatat sebanyak 106.215 unit, meskipun turun 3,5% dari tahun sebelumnya. Shelvy menegaskan bahwa ASDP telah menyiapkan langkah antisipatif untuk memastikan kelancaran arus balik.
Di sisi lain, Posko Merak yang mencakup Pelabuhan Merak dan BBJ Bojonegara, mencatatkan operasi 39 kapal pada H+1. Total penumpang yang menyeberang dari Jawa ke Sumatera mencapai 37.202 orang, meningkat 11,6% dibandingkan tahun lalu. Kendaraan roda dua mengalami lonjakan signifikan, meningkat 27,7% menjadi 3.220 unit, sementara kendaraan roda empat juga tercatat naik 6,5% menjadi 4.967 unit.
Sejak H-10 hingga H+1, total penumpang yang menyeberang dari Jawa ke Sumatera mencapai 979.027 orang, naik 3,5% dibandingkan tahun lalu. Total kendaraan tercatat sebanyak 248.303 unit, mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,4%. Shelvy kembali menekankan pentingnya disiplin pengguna jasa dalam mengikuti aturan perjalanan agar arus balik dapat berjalan lancar.
Arus balik di lintasan Jawa-Bali juga mengalami peningkatan signifikan. Di pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, sebanyak 32 kapal beroperasi pada H+1, dengan total penumpang tercatat 37.943 orang, naik 24,3% dibandingkan tahun lalu. Kendaraan yang menyeberang juga mengalami peningkatan 24,7%, mencapai 10.467 unit.
Kelancaran ini tidak terlepas dari kebijakan Work from Anywhere (WFA) yang diterapkan pemerintah terbukti efektif dalam mendistribusikan arus perjalanan, termasuk arus balik Lebaran tahun ini. Fleksibilitas waktu kepulangan yang diberikan kepada pekerja memungkinkan penurunan kepadatan di pelabuhan, serta kelancaran arus perjalanan.
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Shelvy Arifin, menyatakan bahwa tren pergerakan arus balik tahun ini lebih merata jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. “Dampak positif dari kebijakan WFA terlihat dari berkurangnya kepadatan pada hari-hari tertentu. Trafik di pelabuhan pun lebih lancar dan terkendali,” kata Shelvy dalam keterangan tertulisnya, (3/4/2025).
Untuk menjaga kelancaran arus balik, ASDP menerapkan sistem penundaan atau delaying system di delapan titik buffer zone yang memiliki kapasitas total 1.560 kendaraan. Lokasi buffer zone ini terbagi menjadi dua kategori: di jalan tol (Rest Area KM 87B, KM 67B, KM 49B, KM 33B, dan KM 20B) serta di jalan arteri (Gor Way Handak, Terminal Agrobisnis Gayam, dan RM Tiga Saudara).
Selain itu, delaying system juga diterapkan di lokasi-lokasi strategis di Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk. Di Ketapang, kendaraan penumpang diarahkan ke Grand Watudodol dan Dermaga Bulusan, sementara kendaraan barang diarahkan ke Lapangan Sepak Bola Areba dan Terminal Sri Tanjung. Di Gilimanuk, sistem penundaan diterapkan di Terminal Kargo, Terminal Bus Gilimanuk, dan UPPKB Cekik untuk kendaraan barang.
Shelvy mengungkapkan, ASDP terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan kelancaran layanan arus balik. “Kami memastikan ketersediaan kapal, optimalisasi operasional, serta pengelolaan antrean kendaraan agar perjalanan arus balik berjalan lancar,” katanya.
Sebagai langkah preventif, ASDP juga mengimbau pengguna jasa untuk mengatur jadwal keberangkatan mereka dan menghindari puncak arus balik. Dengan disiplin pengguna jasa dan strategi operasional yang telah disiapkan, ASDP optimis dapat memberikan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman dan efisien bagi masyarakat.
Kebijakan WFA yang mempengaruhi pola perjalanan masyarakat selama periode Lebaran ini menjadi bukti bahwa dengan perencanaan dan pengaturan yang tepat, volume perjalanan bisa lebih terdistribusi secara merata, mengurangi kepadatan, dan meminimalisir kemacetan di pelabuhan. Ke depannya, hal ini dapat menjadi model yang lebih efektif untuk manajemen transportasi masa liburan.