Jakarta, Portonews.com – Ketegangan antara China dan Amerika Serikat kembali meningkat setelah AS memutuskan untuk mengenakan tarif terhadap negara-negara yang mengimpor minyak dari Venezuela. Pemerintah China menyuarakan penentangannya dan mendesak AS untuk mencabut kebijakan yang dianggap merugikan ini.
Dalam konferensi pers yang digelar di Beijing pada Selasa (25/3), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan, “Kami mendesak AS untuk menghentikan campur tangan dalam urusan dalam negeri Venezuela, mencabut sanksi sepihak yang ilegal terhadap Venezuela, serta mengambil langkah-langkah yang mendukung perdamaian, stabilitas, dan pembangunan di Venezuela dan sekitarnya.”
Perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Presiden AS, Donald Trump, pada Senin (24/3) akan memberlakukan tarif sebesar 25 persen mulai 2 April 2025 pada barang-barang yang diimpor ke AS dari negara mana pun yang membeli minyak dari Venezuela, baik secara langsung maupun melalui pihak ketiga. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menekan ekonomi Venezuela yang sangat bergantung pada ekspor minyak.
Venezuela, yang merupakan pemasok utama minyak bagi China, terpaksa menghentikan perdagangan minyak dengan negara tersebut pada Selasa (25/3) akibat kebijakan ini. Guo Jiakun menyatakan, “AS telah lama menyalahgunakan sanksi sepihak yang ilegal dan ‘yurisdiksi jangka panjang’ serta secara kasar campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain. China menentang tegas tindakan tersebut.”
China mengimpor sekitar 503.000 barel per hari (bpd) minyak mentah dan bahan bakar dari Venezuela, yang mencakup 55 persen dari total ekspor minyak negara tersebut. Minyak yang diterima China kemudian diproses menjadi minyak yang lebih berat dan lebih murah dibandingkan dengan minyak yang diimpor dari negara seperti Iran dan Rusia.
Guo Jiakun juga menambahkan, “Perang dagang dan perang tarif tidak memiliki pemenang. Menerapkan tarif tambahan hanya akan menimbulkan kerugian yang lebih besar pada bisnis dan konsumen Amerika.”
Perintah Trump ini mengklaim bahwa kebijakan dan tindakan “rezim Nicolas Maduro” di Venezuela terus menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional AS. Trump sebelumnya juga menuduh Venezuela mengirim puluhan ribu anggota geng ke AS, yang menjadi salah satu alasan di balik kebijakan tersebut.
Sementara itu, para penjual dan distributor minyak asal China kini menunggu arahan lebih lanjut mengenai bagaimana perintah ini akan diterapkan dan apakah Beijing akan menginstruksikan mereka untuk menghentikan impor minyak dari Venezuela.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa AS tidak akan mentoleransi negara atau perusahaan yang terus bekerja sama dengan “rezim Maduro” di Venezuela. “Ini adalah rezim yang secara konsisten mencurangi pemilu, menjarah rakyatnya, dan bersekongkol dengan musuh-musuh kami. Setiap negara yang mengizinkan perusahaannya untuk memproduksi, mengekstraksi, atau mengekspor minyak dari Venezuela akan dikenakan tarif baru, dan perusahaan terkait akan menghadapi sanksi,” ujarnya di platform X.