Ekuador, Portonews.com – Sekitar 500.000 warga di Provinsi Esmeraldas, Ekuador, masih melakukan protes pada Selasa, (18/3) setelah tumpahan minyak besar yang terjadi Minggu, (15/3) lalu yang menyebabkan krisis air bersih serta dampak lingkungan lainnya juga dirasakan secara luas.
Tumpahan minyak terjadi akibat pecahnya sistem pipa minyak Trans-Ekuador (SOTE) di sektor El Vergel, Quinindé, yang dipicu oleh tanah longsor. Kejadian ini menyebabkan bencana lingkungan, mencemari sungai-sungai, termasuk Sungai Esmeraldas, dan mengakibatkan kekurangan air serta masalah kesehatan bagi warga setempat.
Komunitas adat yang tergabung dalam Confederation of Indigenous Nationalities of Ecuador (Conaie), bersama ahli lingkungan dan pejabat setempat, menuntut transparansi dari Petroecuador dan pemerintah mengenai sejauh mana dampak tumpahan minyak tersebut. Wali Kota Esmeraldas, Vicko Villacis, memperkirakan jumlah minyak yang tumpah mencapai sekitar 200.000 barel. Mereka juga menuntut informasi yang jelas mengenai dampak terhadap keanekaragaman hayati, kesehatan publik, perikanan, dan sektor pariwisata.
Petroecuador belum mengumumkan jumlah pasti minyak yang tumpah, namun mereka telah melakukan pemulihan minyak dan mengirimkan air bersih menggunakan truk tangki dan kapal angkatan laut. Pemerintah Ekuador telah menyatakan keadaan darurat lingkungan di wilayah tersebut, sementara masyarakat setempat menghadapi masalah serius, seperti gangguan pernapasan, infeksi kulit, dan kekurangan air bersih. Mereka mendesak agar langkah-langkah darurat dan tanggung jawab yang lebih baik segera diterapkan.
Conaie mengeluarkan pernyataan yang mengkritik ketidakjelasan informasi dari negara dan Petroecuador. “Kami menuntut informasi transparan mengenai jumlah minyak yang tumpah dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati serta kesehatan masyarakat,” ujar mereka. Mereka juga menekankan pentingnya jaminan akses air bersih bagi keluarga terdampak dan pelaksanaan rencana darurat yang efisien untuk membersihkan tumpahan minyak dengan metode yang sesuai dengan kondisi ekosistem setempat.
Pada hari Selasa, Wali Kota Quinindé, Ronald Moreno, mengunjungi Majelis Nasional Ekuador untuk mencari jawaban. “Tumpahan minyak terjadi pada 13 Maret, dan hingga hari ini, 18 Maret, konsentrasi minyak di sungai-sungai belum berkurang. Kami mendesak Petroecuador untuk meningkatkan kapasitas respons yang lebih efisien,” tegasnya.
Dilansir dari laman en.mercopress.com, Wali Kota Esmeraldas, Vicko Villacis, mengatakan kepada La Posta bahwa berdasarkan informasi tidak resmi, sekitar 200.000 barel minyak tumpah. “Kami berbicara tentang 500.000 orang yang terdampak karena kami memiliki ‘perhimpunan air’ yang mencakup beberapa wilayah,” jelasnya. Villacis juga memperingatkan adanya “kerusakan ekologis yang belum pernah terjadi sebelumnya” dan menyatakan keadaan darurat di wilayah tersebut.
Kementerian Energi dan Pertambangan Ekuador melaporkan di X bahwa kapal angkatan laut telah tiba di lokasi dengan membawa 600.000 liter air yang sedang didistribusikan menggunakan truk tangki.
Sekitar 2.000 keluarga yang tinggal di sepanjang tepi beberapa sungai menggantungkan hidup pada sektor perikanan. Namun, menurut ahli biologi laut, Eduardo Rebolledo dari Universitas Katolik di Esmeraldas, pencemaran ini telah menyebabkan “tidak ada bentuk kehidupan di dalam air” sungai Caple dan Viche, yang kini dipenuhi dengan campuran minyak dan air.
Petroecuador, yang bertanggung jawab atas pipa minyak tersebut, mengatakan bahwa tumpahan ini disebabkan oleh tanah longsor akibat hujan lebat dalam beberapa pekan terakhir.
Ekuador memproduksi sekitar 475.000 barel minyak per hari pada tahun 2024, yang merupakan salah satu komoditas ekspor utama negara tersebut. Pada tahun itu, sekitar 73% dari produksi minyak tersebut dijual ke luar negeri, menghasilkan pendapatan sekitar US$ 8,647 miliar.