Jakarta, Portonews.com – Sejak konflik di Gaza dimulai pada Oktober 2023, kelompok Houthi telah menargetkan sekitar 100 kapal dagang menggunakan rudal dan drone. Dalam serangan-serangan tersebut, mereka berhasil menyita satu kapal dan menenggelamkan dua kapal lainnya, yang menyebabkan empat pelaut tewas. Meski banyak rudal dan drone berhasil dicegat oleh koalisi yang dipimpin Amerika di Laut Merah, beberapa serangan juga menyasar kapal militer Barat.
Para pemberontak Houthi mengklaim bahwa serangan tersebut ditujukan kepada kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel, Amerika Serikat, atau Inggris, sebagai bentuk tekanan untuk menghentikan serangan Israel terhadap Hamas di Gaza. Namun, banyak kapal yang diserang justru tidak ada kaitannya dengan konflik ini, termasuk yang berlayar menuju Iran.
Beberapa pekan terakhir, intensitas serangan terhadap kapal-kapal di laut mulai berkurang. Meski demikian, Houthi tetap meluncurkan serangan menggunakan drone dan rudal yang menargetkan Israel.
Sebuah perusahaan keamanan mengatakan, Jumat (10/1), kapal tanker minyak Sounion yang terbakar selama berminggu-minggu di Laut Merah setelah diserang oleh pemberontak Houthi dari Yaman dan menimbulkan ancaman tumpahan minyak dalam jumlah besar telah berhasil diselamatkan.
Kapal Sounion membawa sekitar 1 juta barel minyak mentah dan diserang dengan bahan peledak oleh kelompok Houthi, yang didukung oleh Iran. Serangan ini merupakan bagian dari aksi mereka mendukung perang Israel-Hamas di Gaza. Butuh waktu berbulan-bulan bagi tim penyelamat untuk memadamkan api dan mengamankan kapal tersebut.
“Selama tiga minggu yang penuh tantangan, api berhasil dipadamkan, tangki kargo ditambal, dan kapal dinyatakan aman,” ungkap perusahaan keamanan Ambrey, yang memimpin respons penyelamatan bersama angkatan laut Eropa. Tim penyelamat berhasil menarik kapal tersebut menuju Suez untuk memindahkan muatannya yang kini sudah berhasil diselesaikan.
Pihak Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sebelumnya memperingatkan bahwa potensi tumpahan minyak dari kapal Sounion bisa berakibat lebih besar dibandingkan dengan bencana Exxon Valdez pada 1989, yang terjadi di lepas pantai Alaska.
Kelompok Houthi yang telah menguasai ibu kota Yaman, Sanaa, selama lebih dari satu dekade ini belum memberikan komentar terkait insiden tersebut. Mereka juga terlibat dalam konflik panjang melawan koalisi pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah Yaman yang diasingkan.
Serangan terhadap kapal Sounion dimulai pada 21 Agustus dengan tembakan senjata ringan, proyektil, dan serangan perahu drone. Sebuah kapal perusak Prancis yang berada dalam Operasi Aspides berhasil menyelamatkan 25 awak kapal, yang terdiri dari warga Filipina dan Rusia serta empat personel keamanan swasta. Mereka dibawa ke Djibouti.
Kemudian, kelompok Houthi merilis rekaman yang menunjukkan aksi mereka memasang bahan peledak dan meledakkan kapal Sounion, yang telah menjadi bagian dari aksi berkelanjutan mereka.
Sumber : VOA