Rembang, Portonews.com-Kapal tongkang bermesin, SPOB SSS, kandas dan tenggelam di perairan Pelabuhan Sluke, Rembang, pada 30-31 Januari 2025.
Dilaporkan, kapal SPOB SSS yang tengah bersandar di dermaga jetty I tiba-tiba dihantam ombak besar. Seluruh tali pengikat kapal putus hingga kapal terdorong ke bibir pantai.
Nahkoda, Adhi Agus Mahardika, mengatakan bahwa seluruh kru yang berjumlah tujuh orang selamat, dan tidak ada tumpahan minyak pada saat itu.
Kemudian pada 31 Januari 2025, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, nahkoda dan kru masih berupaya mengevakuasi kapal untuk mencegah kemungkinan tumpahan minyak.
Selanjutnya, kapal ditarik dari bibir pantai menggunakan TB Widmarin 8 dan TB Rona 05. Kapal berhasil dipindahkan sekitar 50 hingga 100 meter dari pantai. Namun, setelah 20 menit, kapal miring hingga 15 derajat sebelum akhirnya terbalik. Informasi ini dikonfirmasi oleh Mualim 1, Hari Wahyu Wibowo, seperti dilansir dari laman radar kudus, (1/2/2025)..
Kapal tidak dalam kondisi bermuatan karena sebagian besar minyak telah dipindahkan sebelumnya. Namun, masih terdapat sisa minyak di tangki yang perlu dikuras agar tidak mencemari perairan.
Kepala KUPP Kelas III Rembang, Ansori mengatakan, kapal mengalami kandas akibat ombak besar setinggi hampir 3 meter dan angin kencang hingga 30 knot.
“Setelah mengalami benturan dengan bebatuan, kapal mengalami kebocoran dan akhirnya tenggelam,” ujarnya.
Kapal pengangkut minyak itu akhirnya dievakuasi pada Sabtu (1/2) dengan melibatkan berbagai tim penyelamat.
Terdapat dua tahapan utama dalam evakuasi ini, yakni membatasi penyebaran minyak dan menarik kapal dari perairan.
“Kami melibatkan tim penyelamat dan penanggulangan tumpahan minyak.
Untuk itu, kami meminta bantuan dari Syahbandar Tanjung Pakis, Tuban, yang kemudian mendatangkan peralatan sejak Jumat malam, agar bisa segera digunakan dalam proses evakuasi hari Sabtu,” jelasnya.
Selain oil boom, lanjutnya, peralatan lain seperti alat penyerap, penghisap minyak, tampungan bahan bakar, dan cairan pengurai minyak juga telah disiapkan.
“Kami sudah mengantisipasi jika kapal ini mengalami kebocoran minyak jenis High Speed Diesel (HSD). Kami memastikan ruang keluarnya minyak tertutup sekecil mungkin, namun tetap bersiap dengan oil boom jika terjadi kebocoran yang lebih besar,” paparnya.
Menurut Ansori, tim penyelamat juga menanam jangkar di kedalaman laut untuk memastikan oil boom tetap berada di posisi yang stabil.
Setelah kondisi kapal cukup aman, barulah langkah selanjutnya dilakukan untuk mengevakuasi kapal.
Menghindari tumpahan minyak yang berpotensi mencemari perairan, peralatan khusus pun didatangkan dari daerah tetangga. Proses evakuasi kapal pun melibatkan petugas dari Kantor Unit Penyelenggaraan Pelabuhan (KUPP) Kelas III Rembang, serta dukungan dari TNI AL dan Polairud setempat.
Proses dimulai pukul 10.00 WIB dengan bantuan dua kapal tunda, TB Widmarin 8 dan TB Rona 05.
Peralatan khusus berupa oil boom, yang berfungsi membatasi penyebaran minyak di perairan, didatangkan menggunakan trailer menuju dermaga.
Selanjutnya, oil boom diturunkan dan mulai ditarik oleh TB Widmarin 8 menuju lokasi kapal yang kandas.
Kemudian, kapal bergerak mendekati posisi kapal yang tenggelam. Sementara itu, TB Rona 05 membawa tali berdiameter besar untuk membantu proses evakuasi.
Operasi ini memakan waktu hampir dua jam hingga akhirnya salah satu kru kapal turun langsung ke lokasi. Dengan pemasangan oil boom di sekeliling kapal, potensi tumpahan minyak dapat dicegah.
Setelah tahap pertama selesai, evakuasi kapal dilanjutkan dengan proses penarikan menuju daratan.
Langkah berikutnya adalah menguras sisa minyak di dalam tangki dan membersihkan bahan bakar sebelum kapal dibawa ke galangan untuk diperbaiki. Satu hal penting adalah risiko pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak dapat diminimalkan.