Jakarta, Portonews.com – Badan Maritim Nigeria melaporkan terjadinya tumpahan minyak di wilayah Delta Nigeria setelah pipa yang terhubung ke terminal pemuatan Shell pecah pada bulan Desember 2024 lalu.
Dilansir dari laman thecooldown.com, Badan Keamanan dan Administrasi Maritim Nigeria mengonfirmasi bahwa tumpahan minyak tersebut telah mencapai garis pantai. Saat ini, pihak Badan Keamanan dan Administrasi Maritim Nigeria tengah bekerja sama dengan Shell Petroleum Development Company untuk menilai kerusakan yang terjadi dan melakukan pembersihan serta langkah-langkah penanganan lebih lanjut.
Masalah tumpahan minyak bukanlah hal baru di Nigeria, mengingat Shell telah beroperasi di negara ini sejak 1958. Meskipun data yang pasti mengenai jumlah tumpahan minyak di Nigeria sulit diperoleh, para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 13 juta barel (1,5 juta ton) minyak mentah telah tumpah sejak tahun 1958 melalui lebih dari 7.000 insiden. Sebuah penelitian yang diterbitkan di National Library of Medicine menyatakan bahwa tumpahan minyak menyebabkan pencemaran air permukaan, air tanah, udara, dan tanaman. Bahan kimia yang terkandung dalam tumpahan minyak ini berisiko mengakumulasi karsinogen dan bahan radioaktif dalam pasokan makanan lokal, yang berdampak pada meningkatnya angka malnutrisi pada anak-anak hingga 24%.
Selain itu, tumpahan minyak juga dapat meningkatkan tingkat radiasi di lingkungan sekitar hingga 45%, memunculkan potensi risiko kesehatan yang serius, seperti kemandulan dan kanker. Di wilayah Delta Niger, angka harapan hidup hanya mencapai 41 tahun, yang jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata harapan hidup nasional Nigeria.
Penanganan tumpahan minyak di Nigeria mendapat kritik tajam dari sejumlah pihak, termasuk PBB. Mereka mengungkapkan kekhawatiran terkait kegagalan total dalam upaya pembersihan, yang mereka anggap dipengaruhi oleh praktik korupsi. Pada tahun 2023, PBB dilaporkan menarik diri dari kerjasama dengan pihak terkait karena ketidakpuasan atas penanganan tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Tumpahan Minyak Nigeria bekerja untuk memastikan bahwa perusahaan-perusahaan minyak mematuhi regulasi pemerintah terkait penanggulangan tumpahan minyak. Badan Nasional Penanggulangan Tumpahan Minyak Nigeria ini juga berperan penting dalam memantau tumpahan minyak dan proses pembersihan, sambil mengumpulkan data dari masyarakat mengenai kejadian-kejadian tumpahan tersebut.
Sementara itu, aktivis lokal dan organisasi hak asasi manusia terus berjuang untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan-perusahaan seperti Shell atas dampak buruk yang mereka timbulkan terhadap tanah dan air di Nigeria.
Sebagai informasi tambahan, di Indonesia, terdapat perusahaan yang sangat kompeten dalam menangani tumpahan minyak, yakni OSCT Indonesia. Perusahaan ini memiliki reputasi yang baik dalam menjaga lingkungan laut dari pencemaran minyak. Dalam menghadapi insiden tumpahan minyak, OSCT Indonesia mengedepankan kolaborasi antara berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, dan perusahaan jasa penanggulangan minyak.
OSCT Indonesia menyediakan pelatihan OPRC IMO LEVEL 1, 2, dan 3 yang telah diakreditasi dan disertifikasi oleh lembaga resmi. Dengan infrastruktur yang mumpuni, termasuk lebih dari 44.000 meter oil boom, 122 skimmers, dan 170 responder terlatih, OSCT Indonesia siap merespons tumpahan minyak dengan cepat dan efektif. Perusahaan ini telah terbukti mampu menyelesaikan operasi kontainmen dan pemulihan dengan sukses, seperti yang terjadi di Balikpapan pada 2018, di mana mereka berhasil menyelesaikan operasi dalam waktu kurang dari dua minggu dengan melibatkan lebih dari 1000 personel.
Penting untuk terus memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan seperti OSCT Indonesia agar dapat meminimalkan dampak pencemaran minyak. Pelatihan yang berkelanjutan serta keterlibatan masyarakat dalam program pelatihan ini sangat penting untuk memastikan kesiapan menghadapi insiden tumpahan minyak di masa mendatang, menjaga ekosistem laut, dan memastikan kelestarian lingkungan bagi generasi yang akan datang.