Jakarta, Portonews.com — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan tiga pendekatan utama yang akan digunakan untuk meningkatkan lifting minyak di Indonesia. Dalam Rapat Kerja bersama Komisi XII DPR RI di Jakarta pada Senin (3/2), Bahlil menyampaikan bahwa langkah-langkah ini diharapkan mampu menjawab tantangan untuk memenuhi target produksi migas nasional yang masih jauh dari harapan.
Pendekatan pertama yang diusung adalah intervensi teknologi, salah satunya adalah penggunaan Enhanced Oil Recovery (EOR). Teknologi ini dinilai sangat relevan, terutama untuk wilayah seperti Riau yang memiliki potensi besar namun menghadapi penurunan produksi di reservoirnya. Dengan teknologi EOR, cadangan minyak yang masih tersisa dapat dimaksimalkan sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap lifting nasional.
Selain itu, pemerintah juga akan fokus pada sumur-sumur eksplorasi yang telah selesai ditemukan namun belum memasuki tahap pengembangan atau Plan of Development (PoD). Saat ini, terdapat lebih dari 300 sumur yang masih menunggu percepatan PoD oleh SKK Migas agar dapat segera dibangun konstruksinya. Menurut Bahlil, percepatan PoD ini menjadi langkah strategis untuk memanfaatkan potensi migas yang sudah ada.
Pendekatan ketiga yang akan diimplementasikan adalah reaktivasi sumur-sumur idle yang jumlahnya mencapai lebih dari 6.000. Upaya ini melibatkan investasi tambahan serta pengadopsian teknologi terbaru. Salah satu inovasi yang diterapkan adalah teknik pengeboran horizontal yang diharapkan lebih efektif dibandingkan metode vertikal tradisional. Namun, hasil dari sumur-sumur ini masih tergolong kecil, dengan rata-rata produksi hanya 4-5 barel per hari. Karena itu, pengembangan teknologi dan optimalisasi proses tetap menjadi fokus utama.
Sementara itu, data realisasi lifting migas sepanjang 2024 menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Lifting migas tercatat sebesar 1,606 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD), lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan dalam APBN sebesar 1,668 MBOEPD. Namun demikian, ada catatan positif pada bulan-bulan terakhir tahun 2024. Realisasi lifting migas pada November mencapai 1,748 MBOEPD, dan meningkat menjadi 1,868 MBOEPD pada Desember. Peningkatan ini cukup signifikan jika dibandingkan dengan realisasi pada awal tahun yang hanya mencapai 1,442 MBOEPD pada Januari dan 1,406 MBOEPD pada Februari.
Untuk lifting minyak bumi, realisasi sepanjang 2024 mencapai 579,7 ribu barel minyak per hari (MBOPD), yang juga lebih rendah dari target APBN sebesar 635 MBOPD. Kondisi ini menjadi indikator perlunya langkah-langkah strategis yang lebih agresif untuk mengoptimalkan produksi minyak bumi di dalam negeri.
Bahlil menggarisbawahi bahwa upaya peningkatan lifting migas ini tidak hanya penting untuk memenuhi kebutuhan energi nasional tetapi juga menjadi penentu keberhasilan dalam menjaga stabilitas penerimaan negara dari sektor migas. Dengan mengintegrasikan teknologi, percepatan pengembangan sumur eksplorasi, serta optimalisasi sumur idle, sektor migas Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Meskipun tantangan tetap ada, Bahlil optimistis bahwa pendekatan ini akan memberikan dampak signifikan dalam jangka panjang. Pemerintah akan terus mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan sektor migas dapat menjadi salah satu pilar utama dalam mencapai ketahanan energi nasional.