Jakarta, Portonews.com – Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memperkenalkan inovasi NanoTek sebagai metode baru untuk meningkatkan keandalan dan keselamatan operasi hulu migas, khususnya dalam kegiatan penggantian aktuator shut down valve (SDV). Pendekatan ini diharapkan mampu menurunkan risiko kebocoran dan kecelakaan kerja di area dengan tekanan udara tinggi.
“Kami menyusun metode NanoTek guna mengatasi tantangan tingginya tingkat risiko pada pekerjaan penggantian aktuator SDV di Central Plant Flow Station (CP F/S), sekitar 36 kilometer dari pesisir Pantai Laut Jawa,” ujar Abdurrachman Jalaluddin, salah seorang Perwira (pekerja Pertamina) PHE ONWJ, dalam keterangan di Jakarta, Jumat (17/1).
Bersama rekan-rekannya, Nano Supriyatno dan Priyo Jatmiko dari fungsi Production and Project, Abdurrachman—yang akrab disapa Abe—menjelaskan bahwa metode ini berawal dari evaluasi teknik konvensional penggantian aktuator dengan jalur udara bertekanan tambahan, yang masih menyisakan potensi kebocoran. Jika kebocoran itu terjadi, aliran hidrokarbon bisa tertunda hingga menyebabkan kerugian Rp1,4 miliar.
“Di Pertamina, kami selalu diajarkan agar mempersiapkan mitigasi terburuk. Shut down valve sejatinya adalah alat pengaman yang menutup aliran produksi saat terjadi tekanan di luar batas. Tekanan udara tinggi yang digunakan pada mekanisme SDV berpotensi menjadi ancaman, sehingga kami butuh pendekatan lebih aman,” tutur Abe.
Melalui NanoTek, SDV dapat tetap terbuka meskipun suplai udara bertekanan dihentikan. Dengan demikian, risiko kebocoran dan potensi kecelakaan kerja akibat tekanan tinggi pun diminimalisir. Pengembangan alat ini melalui serangkaian uji lab, mulai dari desain, simulasi, hingga uji coba di hadapan manajemen PHE ONWJ.
Abe menambahkan bahwa NanoTek dirancang agar mudah dipasang dan kompatibel untuk berbagai tipe aktuator SDV di industri hulu migas. Penerapan konsep NanoTek turut disaksikan operator hulu migas lain, seperti Saka Energi, Harbour Energy, dan PGN.
“Harapannya, inovasi ini bisa membantu menurunkan risiko serupa di operator hulu migas lainnya,” imbuhnya.
Tim PHE ONWJ menilai NanoTek menandakan terobosan baru, sebab selama ini metode penggantian aktuator telah dijalankan puluhan tahun mengacu pada prosedur migas konvensional. Komitmen Pertamina, kata Abe, selalu menekankan keselamatan operasi dan perlindungan pekerja.
PHE ONWJ sendiri berperan sebagai salah satu blok lepas pantai yang menopang produksi migas nasional, dengan rata-rata memproduksi 25.269 barel minyak per hari (BOPD) dan 70,67 juta standar kaki kubik gas bumi per hari (MMSCFD) sepanjang 2024.