Jakarta, Portonews.com — Kernel Oil Pte Ltd, sebuah perusahaan trading migas dan produk turunannya asal dari Singapura. Pada 2013 silam sempat menghebohkan dengan adanya kasus suap terhadap Kepala SKK Migas saat itu, RR dengan aktor intelektualnya yakni Widodo Ratanachaitong (Bos Kernel Oil Singapura) dan Simon Gunawan Tanjaya (Manajer Operasional dan Komisaris PT Kernel Oil Private Limited).
Dari kasus tersebut, Majlis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta telah menjatuhkan vonis 7 tahun penjara dan denda Rp200 serta subsidair 3 bulan kurungan juta kepada RR. Sementara Simon Gunawan Tanjaya dijatuhkan vonis 3 tahun penjara dan denda Rp200 juta serta subsidair 3 bulan kurungan.
Hingga saat ini, tidak ada informasi publik yang menunjukkan bahwa Widodo Ratanachaitong telah ditangkap, diadili, atau divonis hukuman penjara terkait kasus tersebut. Menurut informasi, Widodo telah berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura dan belum pernah memenuhi panggilan KPK untuk menjalani pemeriksaan hingga saat ini.
Beberapa tahun telah berlalu, berhembus kabar Widodo Ratanachaitong telah kembali melakukan bisnisnya di Indonesia, namun dengan bendera perusahaan yang berbeda. Diduga Widodo Ratanachaitong berbisnis di Indonesia menggunakan bendera TIS Petroleum (Asia) Pte Ltd bergerak di sektor hilir (downstream) dan TIS Petroleum E&P Blora Pte Ltd bergerak di sektor hulu (upstream).
Dugaan ini muncul karena alamat kantor TIS Petroleum di Singapura berada di 7500A Beach Road, #10-320, The Plaza, Singapore 199591. Sama dengan alamat kantor milik Kernel Oil yang juga beralamat di 7500A Beach Road, #10-318/321, The Plaza, Singapore 199591. Dugaan berikutnya karena TIS Petroleum mulai beroperasi sejak tahun 2013, sama dengan tahun dimana terungkapnya skandal suap Kernel Oil dengan Kepala SKK Migas.
Awak media telah mencoba mengkonfirmasi kebenaran ini sejak Jumat (3/1) lalu, namun sampai berita ini dimuat belum mendapatkan jawaban.
Sebagai informasi TIS Petroleum (Asia) Pte Ltd dan TIS Petroleum E&P Blora Pte Ltd telah beroperasi di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, dengan fokus pada perdagangan serta eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi.
TIS Petroleum (Asia) Pte Ltd operasinya sebagai perusahaan perdagangan minyak mentah fisik dan produk petroleum, mengirimkan dan memasok hidrokarbon kepada Perusahaan Minyak Nasional dan Internasional. Dikutip dari berita indonesianmining.com yang tayag pada Kamis (2/1) lalu, TIS Petroleum (Asia) Pte Ltd pernah menawar kondensat Geragai yang ada di Tanjung Jabung Timur, Jambi yang semula milik PetroChina International Jabung Ltd.
TIS Petroleum (Asia) pada 22 Agustus 2023 juga melakukan penawaran (bid) untuk kondensat Geragai ke PT Kilang Pertamina International (KPI) untuk periode (terms) 1 Januari hingga 31 Desember 2024. Volume yang diinginkan, sebanyak 2 juta hingga 2,5 juta bbls, dengan pengiriman (delivery) FOB one safe port PetroChina, marine terminal, Indonesia.
Harga yang ditawarkan, mengikuti Indonesian Crude Price (ICP) kondensat Geragai berdasarkan lifting per bulan. Mereka juga menawarkan harga premium sebesar USD3,82 per net US barrel, dengan lifting volume 250 ribu hingga 300 ribu bbls ± 5% OT per lifting, dan pembayaran (payment) 30 hari setelah Bill of Lading/BL (B/L date = day) dengan Letter of Credit (L/C).
Sedangkan TIS Petroleum E&P Blora Pte Ltd dikutip dari berbagai sumber saat ini ditunjuk sebagai operator Wilayah Kerja Blora pada Oktober 2019. Sejak itu, mereka melanjutkan pengembangan wilayah tersebut dan berhasil melakukan pengeboran sumur RBG-3B di Lapangan RBG Blok I, yang terletak di Desa Pranten, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2020.
Setelah memperoleh persetujuan Plan of Development I (POD I) pada Oktober 2022, TIS Petroleum E&P Blora Pte Ltd melakukan re-entry sumur RBG-3B dan pembangunan fasilitas produksi tahap dini (Early Production Facility). Proses komisioning gas ke pembeli berhasil diselesaikan pada 12 Desember 2023, diikuti oleh proses kondensat pada 23 Desember 2023.
Saat ini, Lapangan RBG Blok I berproduksi sebesar 4 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas dan 35 barel kondensat per hari (BCPD), dengan kapasitas produksi gas yang dapat mencapai 10 MMSCFD di masa mendatang. Nilai investasi dari Proyek EPF RBG Blok I mencapai US$7,2 juta atau sekitar Rp112 miliar, yang meliputi biaya sewa EPF, pemasangan Custody Meter Package, serta kegiatan re-entry dan komplesi Sumur RBG-3.