Jakarta, Portonews.com – Bulan Ramadan selalu menjadi waktu yang dinantikan oleh banyak pelaku usaha, terutama bagi mereka yang menjalankan bisnis di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Bagi pengusaha kuliner, bulan suci ini tak hanya menjadi waktu untuk beribadah, tetapi juga peluang besar untuk meraih keuntungan. Seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Kementerian UMKM, Arif Rahman Hakim, Ramadan adalah kesempatan emas bagi pengusaha kuliner untuk meningkatkan pendapatan mereka. “Kita semua tahu, tahun lalu fenomena war takjil yang viral di media sosial membuat pengusaha UMKM di bidang kuliner bisa meningkatkan penghasilan,” kata Arif dalam keterangan resminya pada Selasa (4/3).
Arif berharap agar di tahun 2025, pengusaha UMKM dapat memanfaatkan momen Ramadan sebaik-baiknya, dengan dukungan penuh dari pemerintah berupa kemudahan dalam hal izin usaha, legalitas, serta pengawasan kualitas produk yang dijual. “Dalam hal ini pemerintah hadir untuk memastikan pengusaha UMKM dapat berjualan dengan aman dan nyaman, serta melakukan pengawasan kualitas makanan yang dijual agar aman dikonsumsi,” jelas Arif.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah, diharapkan pengusaha UMKM dapat lebih mudah dalam mengembangkan usaha mereka selama bulan puasa. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan adanya kenaikan menjelang Ramadan, yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha UMKM untuk meraup keuntungan. Kementerian UMKM mencatat bahwa sekitar 2,9 juta orang terlibat dalam subsektor kuliner di Indonesia.
Sementara itu, data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang signifikan, yaitu sebesar 5,82 persen pada triwulan III 2024, yang melebihi pertumbuhan PDB nasional. Kontribusi industri makanan dan minuman terhadap PDB sektor pengolahan nonmigas tercatat sebesar 40,17 persen, menjadikannya subsektor dengan kontribusi terbesar.
Zahra Kemala Nindita Murad, seorang dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa momen buka puasa selama Ramadan menjadi salah satu faktor penting dalam perputaran uang UMKM. Banyak orang memanfaatkan waktu berbuka puasa sebagai ajang untuk berkumpul bersama keluarga, teman, bahkan mitra bisnis, yang tentunya turut mendongkrak penjualan kuliner.
Farida, pengusaha mikro yang menjalankan usaha pempek dengan merek Pempek Nyai di Sukabumi, juga merasakan dampak positif dari bulan Ramadan. “Saat bulan Ramadan, omzet bisa naik hingga tiga kali lipat dari yang biasanya Rp30 juta-Rp40 juta per bulan,” ujarnya seperti dilansir laman infopublik. Meskipun pempek bukan makanan khas Sukabumi, pempek Nyai tetap diminati sebagai menu buka puasa dan hampers Lebaran. Farida menjelaskan bahwa mereka berkomitmen untuk menyajikan pempek dengan cita rasa autentik, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Serupa dengan Pempek Nyai, Lawless Burgerbar Asia yang sudah dikenal sebagai merek populer di kalangan pecinta burger, juga mencatatkan adanya peningkatan penjualan selama bulan Ramadan. CEO Lawless, Sammy, menyebutkan bahwa meski peningkatan penjualan tidak terlalu signifikan di minggu pertama bulan puasa, mereka tetap melihat lonjakan penjualan yang cukup besar setelah Idulfitri. “Karena minggu pertama orang cenderung buka puasa di rumah, buka bersama keluarga, buka di kantor atau acara lain,” ujarnya.
Sebagai pengusaha yang telah menekuni bisnis kuliner sejak 2017 dengan omzet tahunan di atas Rp15 miliar, Sammy dan tim Lawless tahu betul cara memanfaatkan momentum Ramadan. “Persiapan untuk Ramadan tahun ini, menyiapkan seputar menu spesial Ramadan, paket-paket buat kebersamaan. Misalnya paket buka puasa, paket buat potluck. Sisanya persiapan outlet-outlet saja,” jelas Sammy.
Dengan branding Lawless yang sudah menjadi top of mind bagi pecinta burger, Sammy merasa bahwa mereka lebih fokus pada pemeliharaan usaha yang sudah terbangun daripada mengikuti banyak bazar.