Jakarta, Portonews.com– Endang Ernawati Drajat: Hidup Tidak Sekadar Melayang menjadi buku biografi yang baru saja diluncurkan, pada Kamis, (27/2/2025), bertempat di Museum Layang-layang Indonesia, Jakarta Selatan.
Buku biografi ini mengisahkan perjalanan hidup Endang Ernawati Drajat dari masa kecil hingga kini. Di usianya yang menginjak 74 tahun, dimana ia sebelumnya dikenal di dunia kecantikan, telah merampungkan karya biografi keduanya, yang lebih luas dan mendalam dibandingkan sebelumnya. Tidak hanya menceritakan tentang hidupnya, didalam buku tersebut juga menggambarkan evolusi kariernya yang bertransformasi dari seorang pelaku industri kecantikan ke pendiri Museum Layang-layang.
Endang, yang mulai tertarik dengan layang-layang sejak kecil, memutuskan untuk menekuni dunia ini pada tahun 1980-an. Ia tak hanya sekadar mengumpulkan berbagai jenis layang-layang, namun juga aktif dalam berbagai festival internasional. Keputusannya untuk mendirikan Museum Layang-layang Indonesia pada 21 Maret 2003 di Jakarta Selatan menjadi puncak dari perjalanan panjangnya dalam melestarikan permainan tradisional ini. Museum tersebut kini menjadi destinasi edukasi dan budaya yang menyimpan koleksi layang-layang dari seluruh dunia.

Anaknya, Rinaldy Puspoyo, mengungkapkan kebahagiaannya bisa lebih memahami perjalanan hidup sang ibu. Menurutnya, kisah hidup Endang yang penuh dengan perubahan, dari dunia kecantikan menuju dunia layang-layang, merupakan sebuah inspirasi.
“Jalan hidup ibu cukup menarik, dari dunia yang satu ke dunia yang lainnya. Namun ibu berhasil menjalaninya dengan baik dan memberikan inspirasi bagi kami,” ujar Rinaldy, saat berbincang dengan wartawan disela acara
S. Dian Andryanto, penulis buku ini, menambahkan bahwa dalam proses pembuatan buku, ia tak menemui kendala berarti. Endang yang terbuka membuatnya mudah mengakses berbagai informasi dan kisah hidupnya. “Jika diceritakan, buku ini bisa jauh lebih tebal,” kata Dian.
Buku biografi ini tak hanya menjadi catatan sejarah pribadi Endang, tetapi juga sebuah inspirasi bagi generasi mendatang. Dalam wawancara, Endang berharap buku ini dapat memotivasi generasi muda untuk berkreasi, seperti halnya ia mulai mengumpulkan batik dan layang-layang sejak usia 12 tahun.
“Saya berharap anak-anak dan orangtua dapat lebih menghargai budaya dan seni, serta terinspirasi untuk lebih kreatif,” ungkapnya.
Museum Layang-layang Indonesia, yang kini berusia lebih dari dua dekade, bukan sekadar tempat menyimpan koleksi. Lebih dari itu, museum ini juga berperan penting dalam melestarikan warisan budaya. Tak hanya menyajikan koleksi layang-layang dari berbagai negara, museum ini juga rutin mengadakan berbagai workshop dan kegiatan seni budaya yang melibatkan masyarakat.
Selain itu, pada 27 Februari 2025, Museum Layang-layang Indonesia akan menggelar acara peluncuran buku dan diskusi, yang akan diwarnai dengan pentas musik balada dan angklung. Acara ini menjadi bagian dari upaya museum untuk terus menyajikan program publik yang mengedukasi sekaligus menghibur masyarakat. Selain buku biografi, dalam waktu dekat pula akan hadir Katalog Museum Layang-layang.
Sebagai bagian dari program Dukungan Institusional dari Dana Indonesiana, yang dikelola oleh Kementerian Kebudayaan RI dan LPDP Kementerian Keuangan RI, Museum Layang-layang Indonesia berharap kegiatan ini dapat mendukung keberlanjutan museum dan terus menginspirasi banyak orang. Dengan berbagai program kolaborasi yang diadakan, museum ini berkomitmen untuk menjadi pusat budaya yang tetap relevan bagi masa depan.