Selat Kerch, Rusia, Portonews.com – Dua kapal tanker minyak Rusia, Volgoneft-212 dan Volgoneft-239, mengalami kerusakan parah akibat badai di Selat Kerch, Pada 15 Desember 2024 beberapa waktu lalu yang memisahkan Semenanjung Krimea dari wilayah Krasnodar. Kapal Volgoneft-212 terbelah dua, menyebabkan satu awak kapal tewas dan tumpahan minyak mazut ke laut. Sementara itu, Volgoneft-239 mengalami kerusakan dan kandas di dekat pelabuhan Taman, juga mengakibatkan kebocoran minyak.
Menanggapi insiden ini, Presiden Rusia Vladimir Putin pada 17 Januari 2025 memerintahkan pembentukan satuan tugas darurat untuk menangani tumpahan minyak yang terus meluas. Putin menyebut kejadian ini sebagai “salah satu tantangan lingkungan paling serius yang kita hadapi dalam beberapa tahun terakhir.” Menteri Situasi Darurat, Alexander Kurenkov, memimpin satuan tugas tersebut dan menyatakan bahwa “situasi paling sulit” terjadi di dekat pelabuhan Taman, di mana bahan bakar minyak terus bocor ke laut dari bagian kapal Volgoneft-239 yang rusak.
Hingga 20 Desember 2024, lebih dari 155.000 ton pasir dan tanah yang terkontaminasi telah dikumpulkan dalam upaya pembersihan. Relawan bekerja keras membersihkan tumpahan minyak di pantai Laut Hitam Rusia setelah badai hebat merusak dua kapal tanker tua di Selat Kerch, menewaskan satu awak kapal. Salah satu kapal terbelah dua, sementara yang lain kandas, melepaskan sekitar 40% dari 9.200 ton minyak yang mereka bawa ke laut. Tumpahan ini menciptakan bencana ekologi, dengan relawan membersihkan minyak dan pasir, serta mendirikan pusat penyelamatan untuk satwa liar yang terkena dampak, termasuk burung kormoran. Upaya pembersihan melibatkan 6.000 penyelamat dan relawan yang sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari 3.300 ton material yang terkontaminasi. Bencana ini sangat mempengaruhi cagar alam dan area wisata populer seperti Anapa, mempengaruhi satwa liar lokal dan pariwisata. Tindakan hukum telah dimulai terhadap kapten kapal atas dugaan pelanggaran keselamatan, diungkapkan kepada APnews.com beberapa waktu lalu.
Kewat situ web reuters.com, tumpahan minyak ini telah mencapai wilayah lain, termasuk Spit Berdyansk, sekitar 145 kilometer utara Selat Kerch, mencemari area sepanjang 14,5 kilometer. Pejabat yang ditunjuk Rusia di Krimea mengumumkan keadaan darurat regional setelah minyak terdeteksi di pantai Sevastopol, kota terbesar di semenanjung tersebut, sekitar 250 kilometer dari Selat Kerch.
Menanggapi perintah Putin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Heorhii Tykhyi, menuduh Rusia “mulai menunjukkan ‘kepedulian’ hanya setelah skala bencana menjadi terlalu jelas untuk menyembunyikan konsekuensi mengerikannya.” Tykhyi menambahkan bahwa praktik Rusia yang “pertama mengabaikan masalah, kemudian mengakui ketidakmampuannya untuk menyelesaikannya, dan akhirnya meninggalkan seluruh wilayah Laut Hitam sendirian dengan konsekuensinya” adalah bukti lain dari “ketidakbertanggungjawaban internasionalnya.” dilansir dari laman AP News. (*)