Jakarta, Portonews.com – Dalam menghadapi permasalahan sampah plastik yang semakin kompleks, inovasi berbasis teknologi nuklir mulai dikembangkan sebagai solusi berkelanjutan. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menargetkan pemanfaatan tenaga nuklir untuk mendaur ulang sampah plastik dapat memasuki tahap komersialisasi pada tahun 2027.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Anugerah Widiyanto, mengungkapkan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari kerja sama BRIN dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melalui program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastic), yang menjadi bagian dari proyek riset bersama RAS1031.
“Hari ini adalah phase 2 (tahap dua) dari proyek RAS 1031 yang rencananya akan selesai di tahun 2025 ini. Ultimate goal-nya memang ke arah komersialisasi,” ujar Anugerah di Jakarta, Senin (17/2).
Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri BRIN, Tita Puspitasari, menjelaskan bahwa proyek ini telah mencapai Tingkatan Kesiapan Teknologi (TRL) level 5. Jika sesuai rencana, pengembangan ini akan mencapai TRL 7 pada 2027, sehingga memungkinkan hasil riset untuk dikomersialisasikan.
Salah satu produk riset yang dihasilkan melalui inovasi tenaga nuklir ini adalah compatibilizer, komponen penting dalam industri plastik komposit.
“Compatibilizer ini biasa digunakan di industri komposit, karena kan komposit itu membutuhkan suatu bahan yang sangat esensial itu compatibilizer, agar campuran itu menjadi homogen. Uniknya, compatibilizer yang kita develop ini juga bisa di-create dari sampah plastik tadi,” jelas Tita, seperti dilansir laman Antara.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pembuatan compatibilizer berbahan dasar sampah plastik memiliki nilai strategis karena bahan ini menyumbang hingga 30 persen dari total biaya produksi komposit plastik. Selain itu, compatibilizer hasil riset ini dapat menggantikan penggunaan bahan konvensional berbasis campuran kimia yang masih banyak digunakan di industri.
“Itu adalah added value-nya, sehingga kemudian kita sebut upcycling karena dari low value (bernilai rendah), sampah menjadi sesuatu yang sangat bernilai,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Syaiful Bakhri, menegaskan bahwa langkah ini menjadi bagian dari upaya BRIN dalam mendegradasi material sampah dan mengubahnya menjadi produk bernilai jual serta ramah lingkungan.
“Sehingga, plastik-plastik sampah itu nanti bisa kita kurangin. Tidak hanya ke landfill (TPU), tetapi nanti bisa dipakai, nanti dibuat untuk komponen-komponen lain,” kata Syaiful.