Jakarta, Portonews.com – Cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Indonesia belakangan ini menjadi perhatian serius Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hingga tanggal 11 Februari, BMKG memprediksi hujan dengan intensitas tinggi masih akan terus turun. Meskipun telah dilakukan modifikasi cuaca untuk mengurangi dampak hujan, BMKG mengingatkan masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana, untuk tetap waspada menghadapi potensi cuaca buruk.
Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa intensitas hujan yang tercatat beberapa waktu lalu sangat tinggi. “Kemarin yang tertinggi itu sampai 232 milimeter dalam 24 jam. Kami prediksi sampai tanggal 11 itu kita masih perlu waspada bahkan siaga. Jadi, mungkin akan sedikit menurun. Kemudian, akan meningkat lagi sekitar tanggal 11,” ujarnya dalam konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/3).
Namun, meskipun ada prediksi tersebut, Dwikorita berharap upaya modifikasi cuaca yang dilakukan oleh BMKG hingga tanggal 8 Februari dapat memberikan dampak positif, yaitu mengurangi intensitas hujan. “Upaya itu bukan mencegah hujan. Tidak mungkin. Insyaallah mengurangi intensitas hujan,” jelasnya lebih lanjut.
Dalam kesempatan yang sama, Dwikorita juga mengidentifikasi beberapa daerah yang harus tetap waspada dan siaga, seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, sebagian Palembang, dan beberapa wilayah di Bengkulu. “Mohon doanya agar semuanya termitigasi dan tidak ada korban jiwa,” harapnya.
Beberapa daerah di sekitar Jakarta, seperti Bekasi, Tangerang, dan Depok, sudah terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai 1 hingga 4 meter dalam dua hari terakhir. Banjir ini menyebabkan beberapa jalan utama terendam dan mengganggu akses lalu lintas. Di Kota Bekasi, banjir merendam delapan kecamatan dari total 12 kecamatan yang ada. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, mengungkapkan dalam rapat koordinasi bersama Kepala BNPB Suharyanto dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno, bahwa aktivitas publik di delapan kecamatan tersebut lumpuh total akibat banjir.
Tri menambahkan bahwa banjir terparah terjadi di sepanjang lintasan Sungai Bekasi, khususnya di area pertemuan Kali Cikeas dan Kali Cileungsi. “Ketinggian air dilaporkan mencapai lebih dari 8 meter, lebih tinggi dibandingkan dengan banjir pada tahun 2016 dan 2020,” katanya. Penyebab utama banjir ini adalah meluapnya air dari tanggul yang dibangun oleh Balai Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BWSCC), ditambah dengan adanya patahan dan tanggul yang belum selesai dibangun di sepanjang sungai, yang memperparah dampak banjir.
Terkait dengan strategi modifikasi cuaca yang dilakukan oleh BMKG, Dwikorita menjelaskan bahwa upaya ini dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan di daerah-daerah yang rawan terkena dampak. “Kami, BMKG akan melakukan modifikasi cuaca. Konsepnya adalah menghalangi awan-awan yang harusnya bergerak, bertiup ke area rawan itu dijatuhkan sebelum masuk ke area rawan. Jadi, dijatuhkan misalnya di laut, tidak dijatuhkan di darat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan bahwa proses modifikasi cuaca ini dilakukan dengan cara memecah awan-awan besar atau menurunkan air dari awan sebelum terkumpul dan menyebabkan hujan yang sangat deras. “Kalau tidak diturunkan, maka awan-awan itu akan menggerombol, mengumpul, seperti yang kemarin terjadi itu kumpulan awan, kalau kita lihat dari satelit awan itu luasnya hampir seluas wilayah Provinsi Jawa Barat. Jadi, Provinsi Jawa Barat, dari satelit, sudah tertutup awan. Bahkan, sampai ke Lampung dan Palembang,” jelasnya.
Selain itu, Jawa Barat, khususnya daerah pegunungannya, menjadi salah satu prioritas modifikasi cuaca BMKG. “Untuk besok itu, prioritas di Jawa Barat, karena memang yang paling rentang di Jawa Barat, terutama di daerah pegunungan, di Puncak, awannya dari situ. Nanti, bisa jadi sumber banjir untuk ke hilir. Tidak hanya kena Jawa Barat, tetapi juga bisa mengalir ke arah utara, ke DKI (Jakarta) juga banjir, dikhawatirkan bisa begitu. Sungai-sungainya kan juga mengalir ke utara,” terang Dwikorita.
Hujan berintensitas tinggi yang mengguyur daerah-daerah seperti Puncak, Bogor, Bekasi, Depok, dan Jakarta sejak awal pekan ini memang telah menyebabkan beberapa sungai meluap, mengakibatkan banjir di wilayah-wilayah tersebut.