Jakarta, Portonews.com – Kematian mendadak pada udang vaname sering kali menjadi masalah besar bagi para nelayan tambak. Namun, kini mereka bisa bernapas lega berkat inovasi terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dengan mengembangkan teknologi Smart Aquaculture berbasis IoT LoRa, BRIN memberikan solusi canggih untuk memantau kesehatan udang dan kondisi tambak, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil budidaya udang vaname, khususnya di Kabupaten Lebak, Banten.
Menurut Puput Dani Prasetyo Adi, periset dari BRIN, riset ini bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan udang secara lebih akurat dan mendeteksi perubahan lingkungan yang bisa membahayakan udang. “Teknologi ini sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi kondisi yang tidak sesuai sehingga kematian udang vaname dapat dicegah,” ujarnya saat ditemui di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BRIN Samaun Samadikun, Bandung, beberapa waktu lalu.
Puput menjelaskan lebih lanjut bahwa teknologi yang dikembangkan dalam riset ini memanfaatkan konsep Artificial Intelligence of Things (AIoT), yaitu menggabungkan kecerdasan buatan dengan Internet of Things (IoT) menggunakan teknologi Long Range (LoRa). LoRa dipilih karena kemampuan teknologi ini mengirimkan data dalam jarak jauh dengan konsumsi daya yang rendah, sehingga sangat cocok untuk area tambak yang seringkali tidak terjangkau sinyal Wi-Fi atau internet. “Dengan jangkauan lebih dari 300 meter antar tambak, LoRa menjadi solusi ideal untuk transmisi data,” tambahnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan budi daya udang vaname adalah kualitas air. Namun, berbagai faktor internal maupun eksternal dapat memengaruhi kondisi air, sehingga diperlukan teknologi yang dapat memantau berbagai parameter kualitas air secara terus-menerus. Puput dan tim mengembangkan alat multisensor yang dilengkapi dengan tujuh sensor untuk memantau kualitas air tambak payau.
“Uji coba pertama dilakukan di UPT BAPL Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, di tambak berukuran 10m². Alat ini dilengkapi dengan sensor untuk mengukur suhu, kadar oksigen, salinitas, kekeruhan, pH, ammonia, dan nitrat. Di masa depan, alat ini juga akan dilengkapi dengan sensor curah hujan,” jelasnya.
Melalui kolaborasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, Puput dan tim dapat memantau kondisi air mulai dari proses penebaran benih hingga panen. Data yang diperoleh melalui LoRaWAN akan ditransmisikan secara real-time ke server LoRa dan dapat diakses oleh nelayan melalui aplikasi di smartphone mereka, seperti tago.id.
Namun, riset ini juga menghadapi beberapa tantangan, salah satunya adalah masalah korosi yang rentan terjadi pada alat karena sifat air payau. Puput menyebutkan bahwa untuk mengatasi hal ini, mereka menggunakan bahan tahan korosi seperti High Density Polyethylene (HDPE) untuk pelampung dan melapisi sensor dengan plastik. “Kami juga memberikan pelatihan kepada nelayan tentang cara merawat dan memperbaiki alat monitoring, serta cara membaca data yang dikirimkan,” tambahnya.
Dengan adanya teknologi ini, diharapkan nelayan dapat lebih mudah memprediksi gangguan kesehatan pada udang dan mengoptimalkan operasi budi daya udang vaname. Inovasi ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas udang vaname secara signifikan, sehingga mendukung kemajuan sektor perikanan di Indonesia.