Jakarta, Portonews.com – Desa Barengkok, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi lokasi pelaksanaan inovasi pertanian yang dipelopori oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). BRIN bersama Perum Perhutani KPH Bogor menggelar sosialisasi dan alih teknologi untuk mengembangkan model agroforestri jati-umbi garut, yang bertujuan meningkatkan ketahanan pangan dan memberdayakan masyarakat sekitar, Rabu, (5/2) minggu lalu.
Kegiatan ini fokus pada pemanfaatan lahan hutan secara berkelanjutan melalui pengelolaan umbi garut yang dapat diolah menjadi produk bernilai tambah seperti emping dan tepung pati. Dengan melibatkan masyarakat Desa Barengkok, BRIN ingin mengajarkan teknik budidaya umbi garut yang dapat ditanam di bawah pohon jati dalam sistem agroforestri.
Peneliti BRIN, Dona Octavia, menjelaskan bahwa keberhasilan agroforestri ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga mendukung kebijakan pemerintah dalam pengelolaan cadangan pangan, terutama dengan memanfaatkan 20,6 juta hektar lahan hutan untuk ketahanan pangan, tanpa menebang pohon.
“Umbi garut sangat mudah ditanam, bahkan saat disimpan dalam karung dalam waktu lima bulan, ia dapat tumbuh sendiri. Cara penanamannya pun sederhana, misalnya umbi dipotong sekitar 5 cm, ditanam mendatar, lalu ditimbun tanah setebal 5 cm agar tidak kering oleh sinar matahari langsung,” ujar Dona.
Kegiatan ini juga melibatkan pelatihan kepada petani untuk mengolah umbi garut menjadi produk bernilai tambah. Seiring dengan perkembangan ini, Kepala Desa Barengkok, Hermawan, menyampaikan komitmennya untuk mendukung penuh program ini agar kualitas budidaya umbi garut semakin meningkat dan dapat menyebar ke lebih banyak masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BKPH/Asper Parung Panjang, Ihsan, menekankan pentingnya pemahaman tentang pengelolaan dan potensi pasar produk olahan umbi garut. Diharapkan dengan adanya kolaborasi ini, umbi garut bisa menjadi sumber perekonomian yang berkelanjutan bagi masyarakat Desa Barengkok.
“Kami berharap, masyarakat Desa Barengkok dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh ilmu dari peneliti BRIN. Mulai dari teknik budidaya di lahan hutan jati, pengelolaan dan produksi, hingga potensi pasarnya. Dengan demikian, umbi garut diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat,” tuturnya.
Program agroforestri ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi desa-desa di sekitar kawasan hutan, melalui penerapan teknologi tepat guna yang berbasis pada alam.