Jakarta Portonews.com – Di tengah upaya global untuk mengatasi krisis iklim, kolaborasi antara berbagai pihak menjadi kunci untuk mencari solusi pembiayaan yang efektif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah langkah penting yang diambil oleh Greenpeace Indonesia bersama Aliansi Ummah for Earth, yang bekerja sama dengan Indonesia Banking School dalam meluncurkan kampanye keuangan Islam di Jakarta, Kamis (13/2). Kampanye ini bertujuan untuk menjadikan keuangan Islam sebagai salah satu solusi vital dalam pembiayaan perubahan iklim, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah.
Rahma Shofiana, Ummah for Earth Project Lead, menyatakan, “Melalui kampanye keuangan islami, Ummah for Earth akan mengupayakan dialog antar pemangku kepentingan, serta menghubungkan narasi solusi dan aksi iklim dengan audiens kami, sehingga keuangan islami dapat diperhitungkan sebagai solusi pembiayaan iklim.”
Acara ini juga menjadi kelanjutan dari peluncuran laporan terbaru yang berjudul “Islamic Finance and Renewable Energy,” hasil kolaborasi antara Greenpeace MENA (bagian dari Aliansi Ummah for Earth) dan Inisiatif Keuangan Etis Global (GEFI). Laporan ini mengungkap potensi besar keuangan Islam dalam mempercepat transisi dunia menuju energi terbarukan. Temuan dalam laporan tersebut menyebutkan bahwa dengan mengalokasikan hanya 5% dari aset sektor keuangan Islam yang mencapai $4,5 triliun untuk proyek energi terbarukan, akan terkumpul dana sebesar $400 miliar untuk mendanai solusi perubahan iklim.
Laporan ini juga menyoroti keselarasan antara prinsip-prinsip keuangan Islam—yang menekankan pengelolaan lingkungan, investasi etis, dan tanggung jawab sosial—dengan kebutuhan mendesak akan investasi energi berkelanjutan. Dengan adanya kesenjangan pendanaan energi terbarukan tahunan yang mencapai $5,7 triliun, sektor keuangan Islam memiliki peluang unik untuk menutupi kekurangan ini melalui instrumen keuangan syariah.
Instrumen keuangan Islam ini memiliki potensi untuk mengatasi tiga krisis planet besar: perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Dr. Hayu Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Majelis Ulama Indonesia, menyampaikan, “Berdasarkan laporan GEFI, industri keuangan Islam memiliki peluang unik dalam mendukung pembiayaan aksi iklim melalui konsep keuangan syariah berkelanjutan, yang tidak hanya berlandaskan pada prinsip kehalalan tetapi juga pada aspek thayyib.”
Dengan prinsip halalan-thayyiban, keuangan syariah berperan dalam membangun sistem ekonomi dan keuangan yang tidak hanya halal secara finansial, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan lingkungan yang positif, sejalan dengan semangat Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Tariq Al-Olaimy, Penasihat Keuangan Islam untuk Aliansi Ummah for Earth, menambahkan, “Keuangan Islam bukan sekadar sistem keuangan alternatif—tetapi juga kekuatan yang kuat untuk aksi iklim. Dengan aset yang diperkirakan mencapai $6,7 triliun pada 2027, bahkan dengan hanya 5% dari jumlah tersebut dialokasikan untuk energi terbarukan, akan mampu memobilisasi $400 miliar untuk solusi iklim pada 2030. Di Indonesia, program sukuk hijau telah berperan penting, membantu mengurangi lebih dari 974.000 ton emisi CO2 setiap tahunnya. Dengan sukuk ESG yang mencapai $9,9 miliar hanya dalam paruh pertama tahun 2024, momentum keuangan Islam yang berkelanjutan terus berkembang. Saatnya bertindak—lembaga keuangan Islam harus mempercepat investasi mereka pada energi terbarukan untuk mengatasi krisis iklim.”