Jakarta, Portonews.com – Apple mengambil langkah cepat dan strategis dengan mengirimkan 600 ton iPhone dari India ke Amerika Serikat melalui jalur udara. Langkah ini dilakukan menjelang diberlakukannya tarif timbal balik yang diumumkan Presiden Donald Trump.
Dikutip dari The Verge, Jumat (11/4), Apple bahkan melobi sejumlah pejabat untuk mempercepat proses bea cukai, menambah tenaga kerja, hingga mengoperasikan pabriknya di India pada hari libur demi meningkatkan produksi hingga 20 persen.
Berdasarkan estimasi kapasitas pesawat dan bobot perangkat iPhone beserta kemasannya, sekitar 1,5 juta unit diperkirakan telah dikirim sejak Maret 2025. Strategi ini memungkinkan Apple menunda potensi kenaikan harga jual produknya di pasar AS.
Tidak hanya Apple, raksasa teknologi lain seperti Dell, Microsoft, dan Lenovo juga ikut mempercepat pengiriman perangkat mereka ke AS. Fokus utama mereka adalah produk “premium” seperti komputer dengan harga di atas 3.000 dolar AS, yang diperkirakan akan terkena tarif paling tinggi.
“Seorang eksekutif pemasok untuk Apple, Microsoft, dan Google mengatakan bahwa mereka mendapat instruksi untuk mengirim sebanyak mungkin perangkat elektronik konsumen lewat udara sebelum tenggat tarif timbal balik AS mulai berlaku. Namun, mereka disebut ‘hanya bisa mengirimkan sebagian’ sebelum batas waktu,” tulis The Verge.
Di tengah kekacauan logistik tersebut, HP sempat meminta para pemasok untuk tetap mengikuti jadwal pengiriman awal. Namun, hanya dalam waktu 24 jam, perusahaan tersebut membatalkan instruksi tersebut dan langsung mengubah strategi dengan meminta pengiriman sebanyak mungkin perangkat ke AS, sambil bersiap meningkatkan produksi di Meksiko.
Sementara itu, Samsung mengambil pendekatan berbeda dengan memangkas pesanan komponen ponsel untuk pertengahan tahun 2025. Beberapa produsen PC seperti Lenovo dan Acer justru mulai mengalihkan fokus produksi mereka untuk pasar di luar Amerika Serikat.
Langkah-langkah ini mencerminkan kekhawatiran besar para produsen teknologi global terhadap dampak tarif timbal balik, sekaligus menunjukkan betapa cepat dan fleksibelnya mereka harus bergerak dalam menghadapi kebijakan dagang internasional yang berubah-ubah.