Jakarta, Portonews.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi gelombang tinggi yang dapat terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa Tengah pada 1 hingga 4 Januari 2025. Para pengguna jasa kelautan diminta untuk mewaspadai kondisi ini.
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, menjelaskan bahwa gelombang tinggi ini dipicu oleh peningkatan kecepatan angin akibat adanya bibit siklon 94S di Samudra Hindia selatan Jawa. “Pola gerak angin yang cenderung searah dengan kecepatan tinggi berpotensi meningkatkan tinggi gelombang laut,” ungkapnya di Cilacap, Rabu (31/12/2024).
Teguh menjelaskan lebih lanjut bahwa angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari barat laut menuju timur laut dengan kecepatan angin sekitar 6-25 knot, sementara di wilayah selatan Indonesia, angin bergerak dari barat-barat laut dengan kecepatan serupa.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, Laut Jawa, dan Samudra Pasifik utara Papua. Mengingat kondisi ini, BMKG mengeluarkan peringatan dini mengenai gelombang tinggi di Samudra Hindia selatan Cilacap, Kebumen, dan Purworejo yang diperkirakan akan berlangsung hingga Sabtu (4/1/2025) pukul 07.00 WIB. Tinggi gelombang di wilayah tersebut berpotensi mencapai 2,5 hingga 4 meter, yang masuk dalam kategori tinggi.
Teguh juga mengingatkan agar pengguna jasa kelautan memperhatikan risiko terhadap keselamatan pelayaran. “Berdasarkan analisis, kecepatan angin yang mencapai 15 knot dan tinggi gelombang 1,25 meter berisiko bagi perahu nelayan,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa jika kecepatan angin mencapai 16 knot dan tinggi gelombang 1,5 meter, maka akan berisiko bagi tongkang, sedangkan angin dengan kecepatan 21 knot dan gelombang 2,5 meter dapat membahayakan kapal feri.
Bagi wisatawan yang berencana mengunjungi pantai selatan Jawa Tengah untuk menikmati liburan tahun baru, BMKG mengimbau untuk tidak bermain air atau berenang, terutama di pantai yang langsung berhadapan dengan Samudra Hindia. “Hal ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Teguh.