Banyumas, Portonews.com – Di tengah keberagaman Indonesia, ada sebuah desa kecil yang menjadi contoh nyata bagaimana hidup berdampingan dalam kedamaian, tanpa memandang agama. Desa Klinting, yang terletak di Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, dikenal sebagai desa dengan jumlah umat Hindu terbesar di wilayah tersebut. Lebih dari 180 warganya memeluk agama Hindu, namun yang lebih luar biasa, desa ini menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman agama bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang mempererat persatuan.
Meskipun mayoritas warga Desa Klinting beragama Hindu, mereka hidup berdampingan dengan umat Muslim, dan kedamaian antarumat beragama telah terjalin selama bertahun-tahun.

Keberagaman ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa.Toleransi yang ada di desa patut dicontoh oleh banyak tempat lainnya. Umat Hindu di desa ini merayakan berbagai hari besar keagamaan, seperti Nyepi, Galungan, dan Melasti, dengan damai dan penuh kebersamaan.
Salah satu tradisi yang menjadi simbol persatuan antarumat beragama di desa ini adalah perayaan Ogoh-ogoh yang diadakan setiap tahun. Meskipun Ogoh-ogoh adalah bagian dari perayaan Nyepi umat Hindu, acara ini tidak hanya melibatkan umat Hindu, tetapi juga masyarakat dari agama lain, termasuk warga Muslim dan organisasi lintas agama seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Perayaan tersebut bukan hanya milik umat Hindu, tetapi diras milik semua warga. Ini adalah simbol dari kerja sama dan kebersamaan antarumat beragama.
Kegiatan tersebut berlangsung di depan Pura Pedaleman Giri Kendeng, tempat ibadah umat Hindu di Desa Klinting. Warga desa yang berbeda agama berbaur, berpartisipasi dalam merayakan perbedaan dan kebersamaan. “Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman itu tidak harus menjadi masalah, tetapi bisa menjadi kekuatan. Kita bisa hidup rukun, menghargai perbedaan, dan bersama-sama membangun desa yang lebih baik,” ucap warga.
Namun, meskipun ada semangat kebersamaan yang sangat tinggi, masyarakat Desa Klinting tetap menjaga nilai-nilai adat dan agama mereka. Sebagai contoh, akses ke tempat ibadah seperti Pura Pedaleman Giri Kendeng hanya diberikan kepada umat Hindu yang sedang melaksanakan ibadah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada keterbukaan dan kebersamaan, ada juga penghormatan terhadap ruang-ruang suci yang penting bagi setiap agama.
Kehidupan di Desa Klinting mengajarkan banyak hal. Desa ini menginspirasi bahwa meskipun ada perbedaan agama, ras, atau budaya, kedamaian dan keharmonisan tetap bisa terjalin asalkan ada rasa saling menghormati dan pengertian. Dalam dunia yang penuh tantangan, Desa Klinting membuktikan bahwa toleransi beragama bukan hanya mungkin, tetapi sangat mungkin untuk diwujudkan.
Keberagaman yang ada di Desa Klinting adalah potret kecil dari Indonesia yang besar, yang seharusnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus menjaga persatuan dan keharmonisan. Toleransi yang terjalin di desa ini adalah bukti nyata bahwa meskipun berbeda, kita tetap satu sebagai bangsa yang kuat dan bersatu.