Jakarta, Portonews.com – Kelangkaan elpiji 3 kilogram (kg) bersubsidi di Jakarta menjadi sorotan serius. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi) DKI Jakarta berencana segera menggelar rapat dengan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Ditjen Migas) Kementerian ESDM untuk mencari solusi atas permasalahan ini. Kelangkaan elpiji 3 kg yang terjadi di beberapa wilayah Jakarta, ditambah dengan aturan baru yang melarang pengecer menjual gas tersebut, memunculkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap distribusi dan harga.
Kepala Disnakertransgi DKI Jakarta, Hari Nugroho, mengatakan bahwa pihaknya belum mengetahui alasan di balik aturan baru yang melarang warung dan pengecer menjual elpiji 3 kg. Oleh karena itu, mereka akan berdiskusi langsung dengan Dirjen Migas, Ahmad Muchtasyar, untuk mencari klarifikasi.
“Itu sekarang kan keputusan baru agen kan langsung, nggak melalui pengecer. Malah terjadi hambatan distribusi. Kenapa ada aturan itu saya juga belum tahu kenapa. Itu dari Dirjen Migas. Makanya, kita mau rapatkan lagi. Mau saya panggil Dirjen Migas, Pertamina, dan lainnya dengan aturan baru itu nggak akan menimbulkan permasalahan di lapangan?,” katanya, seperti dilansir laman Antara (4/1).
Rapat tersebut, lanjut Hari, akan segera digelar guna menangani kelangkaan elpiji 3 kg bersubsidi dan memastikan harga eceran tertinggi (HET) tetap terkendali. Tujuannya adalah agar stok dan harga elpiji 3 kg dapat kembali stabil menjelang bulan Ramadan.
Hari juga menjelaskan bahwa ada perbedaan besar antara HET di Jakarta dengan daerah penyangga. Di Jakarta, HET elpiji 3 kg belum mengalami kenaikan sejak delapan tahun lalu, tetap di harga Rp16.000, sementara di daerah penyangga sudah mencapai Rp19.000. Perbedaan harga ini turut mempengaruhi kelangkaan gas di Jakarta, karena daerah penyangga bisa memanfaatkan kuota gas yang dialokasikan untuk Jakarta.
“Kalau HET, kita sudah delapan tahun lebih nggak naik-naik. Ini kan bisa alokasi Jakarta bisa diambil ke wilayah penyangga. Mau nggak mau HET kita disesuaikan saja gitu supaya tidak terjadi disparitas dan penyelewengan di lapangan,” kata Hari.
Meskipun ada kemungkinan HET elpiji 3 kg akan dinaikkan di Jakarta, Hari mengungkapkan bahwa Dirjen Migas telah melakukan kajian mengenai hal tersebut.
“Sebetulnya, kajian dari Migas menunjukkan bahwa kenaikan HET tidak akan berdampak besar terhadap inflasi. Karena pada kenyataannya, harga di lapangan sudah mengalami kenaikan, bahkan di daerah penyangga,” jelasnya.
Hari menambahkan bahwa pihaknya akan terus menganalisis penyebab kelangkaan elpiji 3 kg ini, dengan harapan masalah tersebut tidak terulang di masa depan. “Semua variabel akan kami analisis, agar ke depan kami bisa memitigasi masalah ini,” tutupnya.