California, Portonews.com – Di tengah persaingan sengit dunia energi di Amerika Serikat, sebuah gugatan hukum baru kini menantang rencana kontroversial untuk menghidupkan kembali tiga anjungan minyak lepas pantai yang sudah dianggap usang di California. Upaya ini muncul sebagai respons terhadap rencana yang dikhawatirkan dapat membawa kerusakan lingkungan yang lebih besar, mengingat catatan buruk yang ditinggalkan sebelumnya.
Gugatan ini menyoroti keputusan pemerintahan Trump yang dinilai mengabaikan kerugian lingkungan besar yang dapat timbul dari rencana tersebut. Sable Offshore, perusahaan minyak asal Texas, berusaha memulai kembali produksi minyak di unit Santa Ynez di lepas pantai California, yang sudah berhenti beroperasi sejak Mei 2015 setelah terjadi tumpahan minyak besar.
Pada tahun 2015, sebuah pipa yang terkorosi pecah dan menyebabkan tumpahan sekitar 450.000 galon minyak ke perairan dekat Pantai Negara Bagian Refugio, menewaskan ratusan burung dan mamalia laut, termasuk lumba-lumba dan singa laut. Sejak itu, produksi di anjungan Santa Ynez dihentikan, namun Sable Offshore berencana untuk menghidupkan kembali operasi dengan menggunakan jaringan pipa yang sudah ada.
Namun, banyak organisasi lingkungan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menentang rencana ini. Mereka berpendapat bahwa pengoperasian kembali anjungan minyak ini berlandaskan pada rencana yang sudah usang, yang awalnya disetujui pada dekade 1970-an dan 1980-an. Hal ini memunculkan kekhawatiran besar, karena banyak pihak menilai bahwa kondisi lingkungan dan peraturan saat ini jauh lebih ketat, dan potensi bahaya dari operasi lepas pantai yang tidak diperbarui ini sangat besar.
Tahun lalu, surat dikirimkan kepada kepala pemadam kebakaran negara bagian untuk meminta tinjauan ulang mengenai dampak lingkungan dari rencana tersebut, sesuai dengan Undang-Undang Kualitas Lingkungan California (CEQA). Namun, setelah Biro Manajemen Energi Laut (BOEM) gagal mengharuskan Sable Offshore memperbarui rencana tersebut, Pusat Keanekaragaman Hayati dan Yayasan Wishtoyo Chumash mengajukan gugatan terhadap pemerintahan Trump di Pengadilan Distrik Federal Los Angeles.
Dilansir dari laman Offshore Energy, Kristen Monsell, Direktur Hukum Kelautan di Center for Biological Diversity, berkomentar: “Saya terkejut bahwa pejabat Trump bahkan mempertimbangkan untuk mengizinkan anjungan minyak lepas pantai ini kembali beroperasi berdasarkan rencana yang disetujui beberapa dekade lalu. Setiap infrastruktur yang berpotensi membahayakan, terutama jika tidak digunakan dalam satu dekade, harus diawasi dengan ketat, tetapi itu tidak terjadi di sini.”
Gugatan ini juga berfokus pada kegagalan BOEM untuk memperbarui rencana pengembangan yang sesuai dengan standar modern, yang dianggap melanggar Undang-Undang Tanah Landas Kontinen Luar dan Undang-Undang Prosedur Administratif. Aktivis lingkungan menyoroti bahaya yang dapat ditimbulkan dari pengoperasian kembali anjungan minyak ini, seperti polusi udara, risiko tumpahan minyak, dan kontribusinya terhadap perubahan iklim global.
Selain itu, California sedang menuju tujuan ambisius untuk mencapai emisi karbon nol bersih dan 100% listrik bersih pada tahun 2045. Oleh karena itu, Gubernur Gavin Newsom memberikan dukungannya terhadap gugatan yang diajukan di Pengadilan Tinggi San Francisco terhadap perusahaan minyak besar seperti ExxonMobil, Shell, dan BP, yang dituduh meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh pengembangan bahan bakar fosil.
Sementara itu, rencana Sable Offshore untuk memulai kembali produksi minyak di lepas pantai California menjadi titik panas dalam debat yang lebih besar tentang masa depan energi di negara bagian tersebut. Seiring dengan gugatan hukum yang terus berkembang, pertempuran ini akan menjadi penentu penting dalam menentukan bagaimana energi diproduksi dan dikelola di California di masa depan.