Jakarta, Portonews.com – Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia CERAH, Agung Budiono, menyatakan bahwa keberadaan Indonesia sebagai anggota di blok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dapat dimanfaatkan untuk menutup defisit pendanaan transisi energi, khususnya setelah Amerika Serikat (AS) menarik diri dari Perjanjian Paris (Paris Agreement).
“BRICS barangkali bisa menjadi peluang untuk menutup gap (pendanaan) ini,” ujar Agung saat dihubungi di Jakarta, Rabu (22/1).
Kepergian AS dari Perjanjian Paris dinilainya berpotensi memengaruhi program Just Energy Transition Partnership (JETP) yang bergantung pada komitmen negara maju seperti AS dan Jepang. Dengan berkurangnya dukungan AS, terdapat kemungkinan penundaan atau pemangkasan dana.
Agung menilai bahwa China dapat memposisikan diri sebagai green leader dalam mendorong transisi energi di Indonesia, misalnya melalui inisiatif Green Belt and Road yang dapat didorong lebih serius. Ia menyebut bahwa China bisa menyediakan pendanaan untuk rencana pembangunan 75 gigawatt (GW) energi baru terbarukan di Indonesia dalam 15 tahun ke depan, sebagaimana pernah dikemukakan Presiden Prabowo Subianto pada forum G20.
“Ini tergantung kemauan China, tapi kalau diplomasi iklim Indonesia kuat dan meminta dukungan pendanaan yang lebih konkret ke China, peluangnya cukup positif,” ujarnya.
Di sisi lain, Agung mengingatkan bahwa China masih agresif memanfaatkan bahan bakar fosil untuk proyek seperti captive power plant di smelter nikel. Namun, jika pendekatan Indonesia tepat, bantuan pendanaan dan transfer teknologi hijau dari China melalui keanggotaan di BRICS bisa dimanfaatkan untuk mendukung ekspansi energi terbarukan di Indonesia.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana AS untuk keluar dari Perjanjian Paris karena dianggap tidak adil dan merugikan. Perjanjian Paris 2015 sendiri diadopsi oleh 195 negara anggota Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dengan tujuan menekan kenaikan suhu rata-rata global di bawah dua derajat Celsius di atas tingkat praindustri, serta mendorong capaian mendekati 1,5 derajat Celsius.