Jakarta, Portonews.com – Mulai Selasa, 7 Januari 2025, Bukalapak resmi menutup layanan marketplace untuk produk fisik seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya. Informasi ini disampaikan melalui blog resminya. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari perubahan strategi perusahaan yang akan fokus pada produk virtual, seperti pulsa prabayar dan token listrik.
“Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” demikian yang diinformasikan Bukalapak dalam blog resminya, Selasa (7/1/2025).
Dalam pengumumannya, Bukalapak menyebutkan pengguna masih dapat memesan produk fisik hingga Kamis, 9 Februari 2025, pukul 23.59 WIB. Setelah tanggal tersebut, layanan untuk produk fisik akan dihentikan sepenuhnya.
Dalam keterangannya, Bukalapak menyampaikan komitmen untuk mendukung para penjual selama proses transisi ini.
“Kami sepenuhnya memahami bahwa perubahan ini akan berdampak pada usaha Pelapak, dan kami berkomitmen untuk membuat proses transisi ini berjalan sebaik mungkin,” tulisnya.
Perjalanan Bukalapak: Dari Tren Sepeda Hingga Penutupan
Pada tahun 2010, Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid sebagai sebuah platform e-commerce.
Bukalapak didirikan untuk membantu pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dalam memasarkan produk secara daring. Pada awalnya, Bukalapak populer di kalangan penggemar sepeda, khususnya tren sepeda lipat dan fixed-gear, sebagai tempat untuk menjual sepeda dan aksesori terkait.
Seiring perkembangan waktu, Bukalapak memperluas kategori produk yang tersedia. Pada tahun 2013, platform ini mencatat rata-rata transaksi harian sebesar Rp 500 juta dan memiliki lebih dari 80.000 penjual.
Pada Januari 2020, Achmad Zaky mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO Bukalapak efektif 6 Januari 2020. Posisi tersebut kemudian diisi oleh Rachmat Kaimuddin. Zaky tetap terlibat sebagai penasihat Bukalapak dan mentor startup teknologi. Selain itu, Zaky juga memimpin Yayasan Achmad Zaky.
Susunan pimpinan Bukalapak saat itu adalah Rachmat Kaimuddin sebagai CEO, Fajrin Rasyid sebagai Presiden dan Co-Founder, Nugroho Herucahyono sebagai Chief Technical Officer (CTO) dan Co-Founder, Willix Halim sebagai Chief Operating Officer, Natalia Firmansyah sebagai Chief Financial Officer, serta Teddy Oetomo sebagai Chief Strategy Officer.
Pada 27 Juli 2021, Bukalapak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten BUKA. Dengan langkah ini, Bukalapak menjadi salah satu perusahaan teknologi yang go public di pasar modal Indonesia.
Pada Januari 2025, Bukalapak mengumumkan penghentian operasional layanan marketplace untuk produk fisik. Langkah ini dilakukan secara bertahap hingga Februari 2025. Perusahaan akan beralih pada layanan produk virtual, seperti pulsa, paket data, token listrik, dan voucher digital emas.
Manajemen Bukalapak menyatakan layanan marketplace tetap beroperasi dengan kategori produk yang telah ditentukan. Bukalapak juga berupaya mendukung pertumbuhan entitas anak perusahaan dan memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan, terutama para pemegang saham.
Sumber: Kompas.com