Jakarta, Portonews.com – Penggabungan PT ASDP dan PT Pelni ke dalam PT Pelindo, yang sempat diungkapkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan mendapat persetujuan dari Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, kini menuai kritik tajam dari sejumlah pihak. Salah satunya adalah Direktur The National Maritime Institute (Namarin), Siswanto Rusdi, yang menyebutkan bahwa kebijakan tersebut merupakan langkah yang tidak tepat.
Siswanto menilai bahwa keputusan untuk menggabungkan perusahaan pelayaran dan pelabuhan ini merupakan kebijakan yang “sesat pikir.” “Erick Thohir sepertinya tak berpikir panjang dengan gagasan penggabungan tadi. Ini kebijakan yang sesat dan juga keblinger,” katanya pada Senin malam (3/1), seperti dilansir laman fnn.co.id.
Lebih lanjut, Siswanto mengungkapkan bahwa meskipun merger Pelindo sebelumnya mendapat apresiasi, bukan berarti tantangan yang dihadapi sudah sepenuhnya teratasi. “Namun bukan berarti tidak ada masalah atau tantangan yang mencuat dan belum dapat diatasi oleh top management sampai saat ini,” jelasnya.

Menurutnya, penggabungan Pelni dan ASDP ke dalam Pelindo justru berpotensi memperbesar masalah yang ada. Salah satu tantangan utamanya adalah perbedaan signifikan dalam bidang bisnis yang dijalankan kedua entitas. PT Pelni dan PT ASDP bergerak di sektor pelayaran, sementara Pelindo berfokus pada pengelolaan pelabuhan.
“Direksi Pelindo jelas akan menghadapi kendala pengelolaan nantinya karena tidak memiliki pemahaman yang cukup dalam bidang pelayaran,” tegas Siswanto.
Siswanto juga mengingatkan bahwa meski perusahaan pelayaran seperti Pelni dan ASDP nantinya dijadikan anak usaha Pelindo, perbedaan mendasar dalam operasional mereka akan tetap menjadi masalah besar. “Masalahnya terletak pada ketidakcocokan genetis kedua bidang usaha, bagai air dan minyak,” ungkapnya.
Untuk memberikan gambaran, ia mencontohkan perusahaan pelayaran Malaysia, MISC, yang berada di bawah Petronas namun mengalami kesulitan. “Grup Pelindo memang memiliki cucu usaha dalam usaha pelayaran, dalam hal ini Jasa Armada Indonesia (JAI), tetapi status ini tidak dengan sendirinya menjadikan Pelindo dapat mengelola bisnis pelayaran,” ujar Siswanto.
Selain itu, ia juga mencatat bahwa prospek bisnis PT Pelni dan PT ASDP yang terbilang biasa-biasa saja dan kurang menguntungkan, dapat menambah tantangan besar bagi integrasi tersebut. “Baik Pelni dan ASDP sesungguhnya perusahaan yang kinerjanya biasa-biasa saja. Malah relatif berdarah-berdarah. Segmen usaha yang digeluti tergolong bidang yang tidak menjanjikan,” kata Siswanto.
Meskipun demikian, ia berharap agar penggabungan ini bisa berjalan dengan baik, meski memiliki keraguan terhadap keputusan tersebut. “Kalau ini sudah keputusan menteri, ya semoga penggabungan ini berjalan baik lah,” pungkas Siswanto.