Jakarta, Portonews.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan dukungan penuh terhadap rencana PT Pertamina (Persero) untuk menerapkan strategi pertumbuhan ganda (Dual Growth Strategy), seperti yang tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan hingga 2029. Strategi tersebut dipandang selaras dengan misi Pemerintahan Prabowo–Gibran dalam Asta Cita, yang bertujuan memperkuat kemandirian dan ketahanan energi nasional.
“Strategi dan rencana bisnis Pertamina untuk mewujudkan ketahanan serta kemandirian energi nasional mendapat dukungan Kementerian BUMN. Perseroan menjalankan dua lini pertumbuhan, yakni memaksimalkan bisnis warisan migas dan membangun bisnis baru dalam energi baru terbarukan yang rendah karbon,” ujar Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, di Jakarta, Sabtu (20/1).
Fadjar menjelaskan bahwa strategi pertumbuhan ganda ini melibatkan optimalisasi produksi minyak dan gas (migas) di sektor hulu, di mana Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,05 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), yang terdiri atas 556 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan 2,86 miliar standar kaki kubik gas per hari (SCFD). Ia juga menyoroti kelanjutan proyek peningkatan kapasitas (upgrading) kilang dan pembangunan kilang baru, termasuk proyek Kilang Balikpapan yang telah mencapai progres 92 persen.
“Melalui optimalisasi kilang, Indonesia kini mandiri dalam memproduksi avtur dan solar,” imbuh Fadjar.
Sementara itu, di sektor hilir, Pertamina terus memperluas akses energi bagi masyarakat dengan mengoperasikan Program BBM Satu Harga di 573 titik wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), membangun 6.703 outlet Pertashop bagi masyarakat yang jauh dari SPBU, serta menerapkan program one village one outlet (OVOO) yang menjangkau 96 persen desa di Indonesia untuk distribusi LPG.
“Pertamina juga meningkatkan digitalisasi di seluruh infrastruktur pemasaran agar layanan BBM dan LPG lebih andal dan efektif,” papar Fadjar.
Selain memaksimalkan bisnis migas konvensional, lanjutnya, Pertamina fokus pada pengembangan energi rendah karbon. Hingga kini, Pertamina telah memiliki kapasitas terpasang energi baru terbarukan (EBT) sebesar 2.502 MW dengan produksi panas bumi yang menembus 4,6 GWh. Bahkan, Perseroan juga menjadi pionir perdagangan karbon domestik dengan pangsa pasar nasional 95 persen.
“Pengembangan bisnis rendah karbon Pertamina sejalan dengan upaya pemerintah menekan emisi untuk mencapai net zero emission pada 2060,” tutup Fadjar.