Jakarta, Portonews.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah menguji coba sebuah terobosan baru yang berpotensi besar untuk sektor perikanan Indonesia. Kolaborasi bersama Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya mengembangkan teknologi budidaya tuna di keramba jaring apung, yang sudah berhasil diterapkan di negara-negara seperti Turki. Model budidaya ini melibatkan penangkapan tuna kecil dari alam, yang kemudian dibesarkan di keramba apung hingga mencapai ukuran matang.
Lotharia Latif, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, menegaskan bahwa Indonesia harus segera mengikuti jejak negara-negara maju yang telah meningkatkan produksi perikanannya dengan berbagai inovasi. “Banyak negara maju sudah meningkatkan produksi budi dayanya dengan berbagai upaya, dibandingkan semata hanya penangkapan ikan demi menjaga keberlangsungan sumber daya ikan dan peningkatan kesejahteraan nelayan. Indonesia harus menjadi bagian dari kemajuan itu,” ujarnya.
Uji coba ini dilaksanakan di Zona 02, yang mencakup WPPNRI 716 dan 717, dengan pusat kegiatan di Biak. Latif menambahkan bahwa sudah ada perusahaan yang berminat mengembangkan teknologi ini, dan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) telah diterbitkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Teknologi budidaya tuna ini diharapkan tidak hanya menjaga kelestarian stok tuna di alam, tetapi juga memberikan penghasilan yang lebih stabil bagi nelayan tradisional. Nelayan dapat berperan sebagai penyedia tuna kecil atau tenaga kerja dalam pengelolaan keramba.
Seiring dengan pengembangan ini, kapal impor dari negara-negara yang telah lebih dulu berpengalaman dalam budidaya tuna juga diperkenankan. “Kapal impor diperkenankan selama memenuhi ketentuan, seperti berbendera Indonesia dan dimiliki oleh badan hukum Indonesia yang berkedudukan di dalam negeri. Bahkan, modal asing yang terlibat juga harus mengikuti aturan,” jelas Latif. Peraturan terkait, seperti Undang-Undang Cipta Kerja dan PP No. 27 Tahun 2021, akan memastikan bahwa peran pelaku lokal tetap menjadi prioritas dalam proses ini.
Saat ini, kapal KM Berlian Biru 01 telah tiba di Indonesia dan tengah melengkapi dokumen administrasi. Setelah proses selesai, kapal ini akan beroperasi di Biak dan Sorong untuk mendukung budidaya tuna di wilayah tersebut.
Latif menegaskan bahwa inovasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut. “Dengan teknologi yang ramah lingkungan, kami memastikan bahwa ekosistem laut tetap terjaga, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi nelayan dan pelaku usaha lokal,” tambahnya.
Selain itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga menekankan pentingnya inovasi seperti ini untuk menjaga keberlanjutan dan meningkatkan nilai tambah komoditas perikanan. Ia memastikan bahwa budi daya tuna dilakukan dengan pendekatan yang berorientasi pada pemberdayaan nelayan tradisional, agar mereka dapat menjadi bagian dari solusi jangka panjang dalam sektor perikanan.
Trenggono mengungkapkan bahwa inisiatif budidaya tuna dan pengadaan kapal perikanan merupakan bagian dari upaya besar untuk meningkatkan daya saing industri perikanan Indonesia di pasar global. Program ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memberikan peluang bagi pelaku usaha lokal untuk berperan lebih besar dalam rantai pasok perikanan nasional.
Dengan perkembangan teknologi budidaya tuna, KKP berharap Indonesia dapat menjadi pemimpin global dalam sektor perikanan, sekaligus memastikan keberlanjutan sumber daya laut untuk masa depan.