Jakarta, Portonews.com – Tanaman Malapari atau Pongamia Pinnata adalah jenis pohon berbunga yang menghasilkan buah. Minyak yang dihasilkan oleh buah tanaman ini beracun dan rasanya pahit. Saat ini malapari mampu menarik perhatian dunia karena dapat menjadi sumber energi alternatif, sebagai energi terbarukan (renewable energy). Selain itu juga malapari berpotensi sebagai bahan baku industri sabun, kosmetik, dan herbal.
Pernyataan ini disampaikan oleh Andes Hamuraby Rozak, Kepala Pusat Riset Botani Terapan (PR BOTER0) dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), saat acara penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT. Lembata Hira Sejahtera (PT. BATARA).
PKS ini bertujuan untuk mengembangkan varietas unggul malapari sebagai sumber biofuel di Pulau Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Andes menjelaskan bahwa malapari, sebagai tanaman legum, mampu mengikat nitrogen dan menghasilkan minyak nabati, menjadikannya ideal untuk energi alternatif.
“Kerja sama dilakukan untuk pengembangan bibit unggul tanaman malapari, sebagai tanaman legum atau kelompok kacang-kacangan. Tanaman legu dapat mengikat nitrogen bebas atau nitrogen-fixing ability, dan bijinya mengandung minyak nabati,” jelas Andes.
Selain itu, teknologi pengolahan minyak malapari menjadi biodiesel telah dikembangkan di berbagai negara, termasuk Australia, India, dan Amerika. Hal ini membuka peluang besar untuk menghasilkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) dan mengurangi emisi karbon sesuai target global Net Zero Emission 2060.
Budi Leksono dari BRIN menekankan bahwa PT. BATARA bertujuan menjadikan Pulau Lembata sebagai pusat pengembangan malapari untuk biofuel, karena tanaman ini cocok tumbuh di daerah kering seperti di NTT. Program ini juga mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan lingkungan yang lebih baik.
“Kami berharap, pendampingan dari BRIN membangun sumber benih unggul dengan program pemuliaan malapari untuk biofuel, dapat menjadikan P. Lembata sebagai salah satu sumber bioenergi di Indonesia. Tanaman ini toleran pada daerah kering seperti di NTT, sehingga potensial untuk dikembangkan di wilayah Timur,” harapnya.
Alexander Bala Tifaona dari PT. BATARA menambahkan bahwa perusahaan mereka berkomitmen untuk membangun masa depan berkelanjutan dengan memanfaatkan tanaman hutan native, termasuk malapari, untuk energi baru dan terbarukan. Program ini juga akan melibatkan pemerintah daerah dalam pengembangan malapari di NTT.
“PT. BATARA berkomitmen untuk menanam tanaman native yang bernilai ekologi tinggi. Hal ini karena penggunaan tanaman tersebut akan meningkatkan keberlanjutan ekosistem, dan memperkuat keanekaragaman hayati,” tutur Alexander.
Kerja sama riset antara PR BOTER BRIN dan PT. BATARA ini diharapkan dapat menghasilkan benih unggul malapari serta mengembangkan teknologi pemuliaan yang tepat, sehingga Indonesia dapat lebih mandiri dalam produksi biofuel dan mendukung keberlanjutan lingkungan.