Jakarta, Portonews.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) semakin memperkuat perannya dalam pemantauan lingkungan global dan perubahan iklim melalui pemanfaatan data satelit Terra dan Aqua. Salah satu stasiun bumi milik BRIN yang terletak di Rancabungur, Kabupaten Bogor, menjadi pusat penerimaan data dari kedua satelit tersebut. Selain difungsikan untuk mengoperasikan satelit A2 dan A3, Stasiun Bumi ini berperan penting dalam mengumpulkan informasi tentang atmosfer, daratan, dan lautan yang mendukung pemantauan lingkungan Indonesia.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) BRIN, Robertus Heru Triharjanto, menjelaskan pentingnya pemanfaatan data yang dihasilkan oleh satelit Terra dan Aqua. “Data ini digunakan untuk pemantauan kebakaran hutan dan prediksi zona potensi ikan, khususnya untuk wilayah Indonesia Barat,” kata Heru saat meresmikan penerimaan data MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) dari kedua satelit milik Amerika Serikat tersebut di Stasiun Bumi Rancabungur, Bogor, Kamis (5/9).
Selain untuk wilayah barat Indonesia, Heru menambahkan bahwa data juga diterima oleh Stasiun Bumi di Parepare, Sulawesi, dan Biak untuk melengkapi cakupan nasional di wilayah tengah dan timur. “Penerimaan data di Stasiun Bumi di Kawasan Sains Ibnoe Soebroto, Bogor, dilakukan untuk melengkapi cakupan nasional di wilayah barat,” ujarnya. Data yang diterima langsung diproses dan disimpan di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) untuk berbagai keperluan.
Pemanfaatan data satelit ini tidak hanya berfokus pada pemantauan kebakaran hutan. BRIN juga bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melakukan pencegahan kebakaran hutan melalui modifikasi cuaca, seperti hujan buatan. Data yang diperoleh memungkinkan tindakan cepat dan efisien dalam mengatasi ancaman kebakaran.
Di sektor perikanan, BRIN memberikan data yang berguna bagi para nelayan untuk memetakan zona potensi ikan. Data tersebut disalurkan melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta layanan komersial yang dilisensikan oleh PT. Marlin. Dengan adanya data ini, para nelayan dapat mencari ikan secara lebih efisien. “Dengan data satelit Terra dan Aqua ini, teman-teman periset di bidang pengolahan data penginderaan jauh akan bisa mengembangkan lebih lanjut metode atau algoritma yang lebih baik untuk mendeteksi potensi kebakaran hutan, dan metode yang lebih baik untuk mendeteksi wilayah yang sedang banyak ikannya di laut Indonesia,” jelas Heru.
Dalam bidang pertanian, BRIN juga sedang menjalin kerjasama dengan United States Geological Survey (USGS) terkait penerimaan data satelit Landsat. Data ini akan digunakan untuk pemantauan tanaman pangan seperti padi dan palawija. “Saat ini, BRIN tengah memproses perjanjian kerjasama dengan USGS terkait penerimaan data satelit Amerika Landsat, yang dapat digunakan untuk mendukung aplikasi pemantauan tanaman pangan seperti padi, palawija, dan lain-lain,” ungkap Heru. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi perkiraan stok pangan di Indonesia serta meningkatkan efisiensi subsidi pertanian.
Dalam pertemuan tersebut, hadir pula beberapa tokoh penting dari BRIN, termasuk Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit (PRTS) Wahyudi Hasbi, Kepala Pusat Riset Geo-Informatika (PRGI) Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) Rokhis Khomarudin, dan perwakilan dari Deputi Bidang Infrastruktur Riset. Mereka turut berperan dalam pengembangan riset satelit untuk mendukung ketahanan pangan, pemantauan lingkungan, dan pemberdayaan nelayan di Indonesia.
Dengan kerjasama ini, BRIN berharap dapat semakin memperkuat kemampuan Indonesia dalam memanfaatkan teknologi satelit untuk berbagai sektor strategis, mulai dari pertanian, lingkungan, hingga perikanan.