**Menghadapi Tantangan Geopolitik: Pemerintah Baru Harus Perkuat Posisi Indonesia**
Jakarta, Portonews.com – Di tengah situasi global yang semakin tidak menentu, harapan besar tertuju pada pemerintah baru untuk memanfaatkan momentum ini demi memperkuat posisi Indonesia. Menurut Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si., pengamat ketahanan nasional dari Universitas Gadjah Mada, dampak dari perubahan ini tidak bisa dianggap remeh; yang akan merasakan konsekuensinya adalah masyarakat Indonesia itu sendiri. “Transformasi geopolitik ini mungkin tidak terlihat jelas, tetapi perebutan pengaruh dan kekuatan adalah hal yang harus kita waspadai. Ini bukan hanya soal menjaga batas wilayah, tetapi juga mempertahankan sumber daya alam kita dari eksploitasi oleh pihak-pihak luar,” ujarnya, Rabu (23/10).
Armaidy menekankan pentingnya Indonesia untuk memiliki sistem pertahanan yang solid, mengingat luasnya wilayah kepulauan yang dimiliki. Dengan belasan negara berbatasan langsung, ia berpendapat bahwa alutsista dan jumlah pasukan harus memadai untuk menjaga kedaulatan. “Jika dihitung dengan luas wilayah, jumlah pasukan kita masih kurang,” tambahnya.
Lebih jauh, ia menyoroti tantangan domestik yang harus dihadapi, seperti pemulihan pasca-pandemi COVID-19 dan krisis ekonomi yang telah memengaruhi kesejahteraan rakyat. “Ketahanan itu bermata dua, yaitu kesejahteraan dan keamanan. Rakyat perlu lebih diperhatikan karena mereka adalah tumpuan dari ketahanan negara,” tegas Armaidy.
Keberhasilan kabinet baru, menurutnya, sangat bergantung pada kekompakan dan visi kebangsaan yang jelas. Armaidy menjelaskan bahwa upaya nyata untuk menegakkan hukum dan mewujudkan konstitusi sebagai landasan ketahanan nasional adalah langkah penting yang harus dilakukan. “Indikator keberhasilan suatu pemerintahan adalah sejauh mana pemerintah mampu mewujudkan konstitusi itu dan berpegang pada konstitusi itu dengan baik dan konsisten,” ujarnya.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa konstitusi mengamanatkan tugas sederhana namun penting bagi pemerintah: melindungi seluruh warga negara tanpa ada jurang antara kaya dan miskin. “Selanjutnya, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari tiga ini nanti akhirnya bangsa ini dapat bersaing secara global, bisa berdiri sama tinggi, duduk sama rendah di tengah pergaulan antarbangsa,” papar Armaidy.
Dalam konteks kawasan Indo-Pasifik yang semakin kompetitif, Armaidy menekankan bahwa Indonesia harus siap menghadapi berbagai tantangan yang muncul. “Kawasan ini akan menjadi perebutan, dan Indonesia harus siap menghadapi tantangan, terutama terkait kedaulatan wilayah dan pertahanan nasional. Filosofi ‘seribu kawan masih sedikit, satu musuh terlalu banyak’ tetap relevan, tetapi harus diiringi dengan kehati-hatian dalam menentukan langkah ke depan,” jelasnya.
Dengan wilayah yang strategis, dari Laut Natuna Utara hingga perbatasan selatan Australia, Armaidy mengingatkan bahwa pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga. Ia menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap perebutan pengaruh yang terjadi secara perlahan namun nyata. Masyarakat dan pemerintah harus bersinergi untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi penonton dalam arena global, tetapi mampu berdiri tegak dan berdaulat.