Jakarta, Portonews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai fokus utama untuk menghubungkan seluruh Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, program ini telah menghasilkan berbagai pencapaian signifikan, terutama di sektor jalan tol dan jalan nasional yang meningkatkan efisiensi logistik dan akses antarwilayah.
Hingga 2023, telah dibangun jalan tol sepanjang 2.050 kilometer dan jalan nasional baru sepanjang 6.000 kilometer, seperti Data yang dirilis oleh InfoPublik pada Jumat (27/9/2024).
Pembangunan jalan tol menjadi salah satu pencapaian terbesar, dengan lebih dari 2.050 km terbangun antara 2015 hingga 2023, ditargetkan tambahan 650 km pada akhir 2024. Proyek strategis seperti Tol Trans-Jawa dan Tol Trans-Sumatra kini berfungsi sebagai urat nadi transportasi di dua pulau terpadat Indonesia.
Tol Trans-Jawa, yang membentang sepanjang 1.167 km, telah memangkas waktu tempuh dari Merak ke Banyuwangi, sehingga distribusi barang menjadi lebih cepat dan efisien. Sementara itu, Tol Trans-Sumatra yang menghubungkan lebih dari 1.100 km sangat penting dalam memperlancar pengangkutan komoditas seperti sawit, karet, dan batu bara.
Pembangunan tol juga menjangkau Kalimantan dan Sulawesi, seperti Tol Balikpapan-Samarinda (99 km) dan Tol Manado-Bitung (39 km), yang mempercepat akses antarprovinsi di wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau.
Selain itu, fokus pemerintahan Jokowi juga tertuju pada pengembangan jalan nasional, dengan lebih dari 6.000 km jalan baru hingga 2023. Proyek jalan nasional mencakup pembangunan di daerah perbatasan, termasuk Jalan Lintas Papua yang kini menghubungkan lebih dari 3.000 km, meningkatkan mobilitas di daerah-daerah terpencil.
Proyek Jalan Perbatasan Kalimantan sepanjang 1.900 km tidak hanya memperkuat akses antarwilayah, tetapi juga meningkatkan keamanan nasional di perbatasan dengan Malaysia, memperlancar arus barang dan orang serta mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan yang sebelumnya terisolasi.
Laporan dari Kementerian PUPR dan BPS menunjukkan bahwa efek dari pembangunan infrastruktur ini tidak hanya meningkatkan waktu tempuh dan menurunkan biaya logistik, tetapi juga membawa dampak sosial yang luas. Pada 2015, waktu tempuh rata-rata per 100 km mencapai 2,7 jam, namun berkat perbaikan infrastruktur, angka ini kini berkurang menjadi 2,16 jam pada 2023.
Keberhasilan ini berarti distribusi barang yang lebih cepat, peningkatan efisiensi ekonomi, dan akses lebih baik terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan di wilayah terpencil. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi ke daerah baru, menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat sektor-sektor ekonomi lokal seperti pertanian, pariwisata, dan industri.
Selama satu dekade kepemimpinannya, Jokowi telah memperkuat infrastruktur jalan tol dan jalan nasional sebagai fondasi untuk pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di Indonesia. Meskipun tantangan seperti penurunan biaya logistik masih ada, pembangunan infrastruktur yang dilakukan jelas memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan akan terus menjadi landasan kemajuan ekonomi di masa depan.