Jakarta, Portonews.com – Pelaku sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) mengakui, implemtasi digitalisasi menjadi solusi peningkatan efisiensi dan produktifitas bagi operasional perusahaan.
Head of Investor Relations PT Bukit Asam Tbk (PT BA), Aldy Partama Iswardi mengungkapkan, dahulu PT BA termasuk perusahaan pertambangan konvesional yang terbilang minim memanfaatkan teknologi dalam operasional bisnisnya. Namun, sejak harga batubara semakin berfluktuasi bahkan sempat jatuh di tahun 2016, perseroan terpacu melakukan inovasi dan efesiensi.
“Tahun itu minyak dan batubara salin melengkapi. Jika harga minyak turun maka batu bara pun ikut turun. Setahun kemudian, tahun 2017 kami mampu recover duluan. Saat itu kita juga terlena hingga digitalisasi tertunda-tunda. Baru di tahun 20219, ketika harga kembali turun, kami memastikan untuk digitalisasi,” ujarnya, dalam EITS Discussion Series: “Urgensi Digitalisasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral” di Jakarta, Rabu, 24 Juli 2024.
Menurut Aldy, tertundanya digitalisasi sektor ESDM terutama batubara karena industri ini lekat dengan teknologi dan efisiensi yang rendah. Selain itu, mayoritas produsen batubara merasa berada di zona nyaman, dan mereka terlena.
Dia menyebut, saat ini penerapan konsep safety dan security pada kegiatan pertambangan sangat ketat. Jika terjadi hal-hal membahayakan, maka akan jadi sorotan publik. Dengan bantuan teknologi dan AI, kini manajemen mampu melakukan pengawasan lebih terhadap proses produksi hingga meminimalisir kecelakaan.
“Tujuan digitaliassi di PT BA adalah menigkatkan efektifitas dan priduktifitas perusahaan. Ketika harga dan efisiensi tidak mampu dikontrol, maka satu-satunya cara yang dapat dilakukan hanya dengan digitalisasi,” ujarnya.
Untuk itu, PT BA telah membuat aplikasi yang diberi nama CISEA (Corporate Information System and Enterprise Application) sebuah supper-apps yang didesain khusus mendukung produtifitas pada seluruh komponen bisnis seperti HR Information, Supply Chain Management, Financial Information, dan Personal Imploye Information.
Pada kesempatan yang sama, VP Digital Enhacment & Tecnology PT Pertamina Patra Niaga, Sylvia Grace Yuvenna mengungkapkan, digitalisasi di sektor ESDM tidak dapat ditunda lagi. Lantas dirinya berbagi pengalaman tentang sejumah manfaat digitalisasi yang diperoleh perusahaannya.
Dia mencotohkan, ketika Mudik Idul Fitri, saat lalu lintas sangat padat. Sebelum ada digitalisasi di SPBU, pihaknya butuh upaya lebih keras sekedar mengetahui stok BBM dan pengaturan jadwal distrubusi. Berbeda dengan kondisi saat ini dimana sistem Pertamina Patra Niaga telah terkoneksi dengan ribuan SPBU di seluruh Indonesia, maka hal itu mudah saja dilakukan.
“Sistem kami telah terkoneksi dengan ribuan SPBU, tidak bisa dibayangkan jika tidak ada teknologi ini, kita tidak bisa tahu data stok dan sales di SPBU, akan sangat menyulitkan,” ujarnya.
Menurut Sylvia, digitalisasi termasuk di industri minyak dan gas (Migas) adalah sebuah proses yang tidak akan pernah berhenti. Industri ESDM mau tidak mau harus bisa mengikuti perkembangan teknologi itu sendiri jika tidak ingin tertinggal.
Digitalisasi di semua sektor tidak akan pernah berhenti, sebuah never-ending process, dan harus tetap bisa catch up, kalau ga bisa ditinggalkan kosumen, mereka bisa pindah ke kompetitior. “Tujuan digitalisasi kita adalah simplifikasi proses, otomasi proses, ini gunanya untuk meningkatkan efesiensi oprasional, proses dan biaya,” tuturnya.
Corporate Strategy & Research Division Head PT Antam Tbk, Ulil Amril Nizhamut menambahkan, dalam menghadapi digitalisasi, pihak telah menyiapkan roadmap tersendiri. Menurutnya transporasi digital di sektor Migas akan sangat memberikan kontribusi yang signifikan.
“Di internal kami, implementasi digital transformation ini bisa berpotensi menurukan biaya operasional dan meningkatkan revenue,” pungkas Ulil Amril.