Kebumen, Portonews.com – Kawasan Konservasi Ilmiah Geodiversitas Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, menjadi lokasi penyelenggaraan The 17th International Conference and Workshop Fluvial Sediments and Environmental Changes (Flused) yang dilaksanakan pada tanggal 25-26 November 2024. Lokakarya ini diikuti oleh 32 pakar kebumian dari sembilan negara dan difasilitasi oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Komisi Oseanografi Antarpemerintah UNESCO serta State Key Laboratory of Marine Geology Universitas Tongji, Cina.
Noor Cahyo, Ketua Panitia Lokakarya Flused, menjelaskan alasan memilih Karangsambung sebagai lokasi kegiatan. Menurutnya, kondisi geologi Karangsambung yang kompleks memberikan bukti terbaik dari proses subduksi Zaman Kapur di Sunda Land. “Hal ini menjadikan Karangsambung tempat yang ideal untuk mempelajari geologi,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, kegiatan ini juga menyelami proses sedimentasi fluvial yang melibatkan berbagai jenis batuan, termasuk batuan metamorf, beku, dan sedimen. Ini menjadi topik menarik dalam diskusi yang melibatkan fenomena alam yang berlangsung jutaan tahun lalu.
Selain sesi lokakarya, peserta juga melakukan eksplorasi langsung ke enam lokasi di sepanjang Sungai Luk Ulo, hulu-hilir, dan beberapa Geosite dalam Geopark Kebumen. Kegiatan ini diakhiri dengan audiensi bersama pemangku kepentingan setempat, serta penandatanganan Deklarasi Karangsambung yang mencakup empat pernyataan utama. Deklarasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi riset, kapasitas periset, serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dalam jangka panjang.
Salah satu topik yang dibahas dalam lokakarya ini adalah pentingnya studi sedimen fluvial di Laut Cina Selatan. Noor Cahyo D Aryanto, Ketua Panitia, menjelaskan bahwa sungai-sungai besar seperti Sungai Mutiara, Sungai Merah, dan Sungai Mekong, serta sungai-sungai kecil di pegunungan, menyuplai 700 metrik ton sedimen tersuspensi setiap tahunnya ke Laut Cina Selatan. “Saat memasuki laut, sedimen ini diangkut oleh arus pesisir, permukaan, dan arus bawah yang dipengaruhi oleh angin muson Asia Timur dan Arus Kuroshio,” tambahnya.
Kepala Pusat Riset Sumberdaya Geologi (PRSDG) BRIN, Iwan Setiawan, menegaskan bahwa lokakarya ini merupakan kesempatan penting untuk memperkuat kompetensi riset dan kolaborasi internasional, terutama bagi para peneliti di bidang geologi dan sedimentologi. “Interaksi antara periset dari berbagai negara ini sangat penting untuk saling bertukar pengetahuan dan meningkatkan pemahaman kita terhadap proses geologi yang telah berlangsung lama,” ujarnya.
Melalui kolaborasi riset ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan ilmu kelautan dan mendukung pembangunan berkelanjutan di tingkat global.