Setelah Timnas U-23 kalah dari Guenia di babak play off, komen rasisme dari netibol Indonesia membuat kita miris. Dalam konteks relasi antar etnis di Indonesia suku saya, Madura, paling banyak memperoleh perlakuan rasis. ingat kasus tawuran di Bangkalan yang oleh media direproduksi kembali sebagai carok, dan komen netizen yang penuh labelling dan stereotip menjadikan suku saya kembali sebagai sasaran rasisme.
Atau isu warung Madura yang diwacanakan tidak boleh buka 24 jam, salah satunya karena alasan keamanan, bagi saya itu juga rasis. Seolah Anda kalau berhadapan sama orang Madura jadi tidak aman.
Tapi orang Madura punya cara menyiasati hidupnya di tengah beragam stereotip, labelling, dan rasisme yang menyakitkan. Di saat warung Madura memperoleh ancaman, justru sepak bola membelanya. Madura United, milik politisi asal Sumenep ini justru menjadikan “warung Madura” sebagai sponsor utama di Jersey terbarunya.
Menyala warung Madura!!!