Bahrain, Portonews.com – Komando Sistem Laut Angkatan Laut (NAVSEA) bekerja sama dengan Aktivitas Dukungan Angkatan Laut (NSA) Bahrain menggelar latihan penanggulangan tumpahan minyak tahunan dari tanggal 4 hingga 8 November 2024 lalu. Latihan lima hari ini bertujuan untuk menguji kesiapan dan kemampuan tim dalam menghadapi insiden tumpahan minyak, serta meningkatkan koordinasi antar lembaga terkait.
Latihan ini melibatkan Supervisor Penyelamatan dan Penyelaman (SUPSALV), yang bertanggung jawab menyediakan peralatan dan keahlian dalam menangani tumpahan minyak lepas pantai. Melalui latihan ini, SUPSALV memamerkan kemampuan mereka dalam mengerahkan peralatan tanggap darurat tingkat II dan III, termasuk material dari pangkalan Emergency Ship Salvage Material (ESSM), guna menghadapi potensi bencana lingkungan.
Johnson Pereira, penjabat Direktur Divisi Lingkungan Hidup NAVFAC EURAFCENT, menjelaskan, “Tumpahan minyak, jika tidak ditanggulangi dengan perencanaan dan kesiapan yang matang, bisa menjadi bencana serius. Latihan ini sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menangani insiden tumpahan minyak, meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan laut, dan memperluas kerja sama dengan negara tuan rumah.”
Tim SUPSALV yang dipimpin oleh Robert McClellan dari Operasi Lingkungan NAVSEA 00C26, melakukan simulasi berbagai aspek penanggulangan tumpahan, mulai dari pengendalian hingga pembersihan, pemantauan lingkungan, dan peningkatan protokol keselamatan. McClellan menambahkan, “Kemampuan untuk memindahkan dan mengoperasikan peralatan di lapangan sangat penting. Tantangan dalam pemeliharaan hanya dapat diidentifikasi melalui latihan langsung. Melalui kolaborasi dengan mitra kami, baik di dalam maupun luar basis, kami memastikan respons yang efektif dan bermakna.”
Selain personel Angkatan Laut AS, latihan ini juga melibatkan berbagai lembaga dari negara tuan rumah, termasuk Perusahaan Perminyakan Bahrain (BAPCO), Terminal APM, Angkatan Laut Kerajaan Bahrain, serta Pelabuhan dan Urusan Maritim (PMA). Para peserta diberi kesempatan untuk mengunjungi fasilitas SUPSALV ESSM, di mana mereka mendapatkan penjelasan tentang berbagai sistem dan peralatan penyelamatan, seperti van komando, van sistem skimmer, van boom penahanan minyak, dan peralatan lainnya.
Selama latihan, peserta juga menyaksikan demonstrasi langsung penggunaan kapal penghancur arus berkecepatan tinggi dan kapal penanganan boom, yang dioperasikan dalam konfigurasi untuk menyaring dan menahan tumpahan minyak. Demonstrasi ini bertujuan untuk mengasah keterampilan tim dalam merespons secara cepat dan efisien, serta memastikan kemampuan kolektif untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan melindungi kesehatan masyarakat.
Kapten Zachariah Aperauch, Komandan NSA Bahrain, mengungkapkan, “Latihan ini memberikan personel kami pelatihan langsung yang kami butuhkan untuk merespons situasi yang dapat mengancam lingkungan. Kami berlatih dengan standar tinggi, menjaga komunikasi terbuka dengan mitra lokal, dan memastikan kesiapan menghadapi segala kemungkinan.”
NSA Bahrain memiliki peran penting dalam mendukung operasi maritim AS dan koalisi di wilayah operasi Armada ke-5. Mereka menyediakan keamanan untuk kapal, pesawat terbang, dan fasilitas di sekitar NSA Bahrain, serta mendukung operasi harian armada dengan efisiensi dan komitmen tinggi.
Dalam mengatasi berbagai kasus tumpahan minyak, diperlukan peran serta berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan perusahaan jasa penanggulangan tumpahan minyak . Sebagai informasi tambahan di Indonesia terdapat perusahaan yang sangat mumpuni dalam hal penanganan tumpahan minyak untuk menjaga lingkungan laut dari pencemaran. Adalah OSCT Indonesia yang memiliki reputasi sebagai perusahaan profesional dan kompeten dalam menangani tumpahan minyak, dengan menyediakan pelatihan OPRC IMO LEVEL 1, 2, dan 3 yang diakreditasi dan disertifikasi oleh lembaga resmi.
OSCT Indonesia memiliki infrastruktur yang memadai, seperti lebih dari 44.000 meter oil boom dan 122 skimmers, serta 170 responder terlatih yang siap sedia. Pelatihan yang diberikan mencakup berbagai level, mulai dari First Responder yang dilatih untuk merespons insiden dengan efisien hingga Manajer Senior yang mengelola operasi penanggulangan minyak secara keseluruhan. OSCT Indonesia juga telah membuktikan kemampuannya dalam menangani insiden tumpahan minyak, seperti yang terjadi di Balikpapan pada tahun 2018, di mana mereka berhasil menyelesaikan operasi kontainmen dan pemulihan dalam waktu kurang dari dua minggu dengan melibatkan lebih dari 1000 personel dan 60 responden.
Latihan penanggulangan tumpahan minyak tahunan ini menjadi bukti pentingnya kerja sama internasional dalam menjaga kelestarian lingkungan laut dan memastikan kesiapan dalam menghadapi berbagai tantangan yang berpotensi merusak ekosistem laut.