Jakarta, Portonews.com – PT Pertamina menargetkan peningkatan produksi minyak hingga mencapai 748 ribu barel per hari (BOPD) pada tahun 2025. Upaya ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional melalui optimalisasi sektor hulu dan investasi strategis.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, menyampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI bahwa target tersebut telah tercantum dalam Rencana Jangka Panjang Pembangunan (RJPP) tahun 2025.
“Pada RJPP tahun depan, kami menargetkan produksi minyak sebesar 748 ribu barel per hari, dengan 417 ribu barel per hari berasal dari domestik, dan sisanya diharapkan dari operasi internasional,” ujar Wiko di Jakarta, Selasa (3/12).
Selain itu, Pertamina juga membidik produksi hingga 914 ribu barel per hari pada tahun 2029, dengan produksi domestik mencapai 480 ribu barel per hari. Perusahaan optimis target ini dapat dicapai melalui penambahan sumber minyak dari lapangan baru serta optimalisasi sumur-sumur yang sudah ada.
“Saat ini, produksi domestik kami mencapai 407 ribu barel per hari. Dalam rapat dengan Kementerian ESDM, kami menargetkan produksi minyak sebesar 416 ribu barel per hari untuk akhir tahun depan. Namun, kami ditantang untuk meningkatkan produksi hingga 430 ribu barel per hari,” tambah Wiko.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan berbagai upaya yang dilakukan untuk menekan biaya impor energi yang mencapai Rp500 triliun per tahun, antara lain dengan mengoptimalkan sumur-sumur minyak yang ada.
Bahlil menjelaskan bahwa karena lifting atau produksi minyak mentah yang diangkut di Indonesia terus menurun, negara harus mengeluarkan devisa sebesar Rp500 triliun per tahun untuk mengimpor minyak mentah dari luar negeri.
“Bagaimana caranya kita menuju kedaulatan energi? Menekan lifting dengan tiga pola,” kata Bahlil di Jakarta, Senin (14/10).
Pola pertama adalah mengaktifkan kembali sumur-sumur minyak yang tidak beroperasi (idle). Kementerian ESDM mencatat terdapat sekitar 44.900 sumur minyak di Indonesia, dengan 16.600 di antaranya dalam kondisi idle. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.000 sumur berpotensi dioptimalkan untuk meningkatkan produksi minyak nasional.
Langkah kedua adalah mengintervensi sumur-sumur yang aktif dengan teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Selanjutnya, upaya ketiga adalah mempercepat proses eksplorasi.
Untuk mendukung hal tersebut, Bahlil menyatakan bahwa pihaknya akan memangkas berbagai regulasi yang menghambat proses akselerasi eksplorasi guna menarik investor.