Palembang, Portonews.com – Sebuah insiden terjadi di dermaga Pasar 16 Ilir, Kota Palembang, ketika tongkang batu bara tanpa muatan menghantam tiga kapal jukung akibat kehilangan kendali. Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis siang, diduga karena hujan angin yang membuat tongkang berlayar dari arah Musi 4 menuju Kertapati tidak terkendali. Akibat insiden ini, satu jukung tenggelam dan dua lainnya mengalami kerusakan, namun tidak ada korban jiwa.
Kepala UPTD Pelabuhan Sungai Pasar 16 Ilir, Nasrullah, mengonfirmasi bahwa pihak perusahaan pemilik tongkang bersedia bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh para pemilik jukung. “Tidak ada korban jiwa, hanya saja pemilik jukung mengalami kerugian yang cukup besar,” ujar Nasrullah pada Jumat (27/9/2024).
Faktor Cuaca dan Kehilangan Kendali
Nasrullah juga menjelaskan bahwa insiden ini terjadi akibat cuaca buruk yang mengakibatkan hilangnya kendali pada tongkang tersebut. Biasanya, tongkang dikawal oleh dua tugboat, satu di depan dan satu di belakang, untuk membantu pengendalian. Namun, pada saat kejadian, tongkang hanya dikawal satu tugboat dan terjadi putusnya tali penghubung antara tugboat dan tongkang.
“Tali penghubung tugboat putus, sehingga tongkang kehilangan kendali dan menabrak jukung-jukung yang ada di dermaga,” kata Nasrullah.
Tindakan dan Pertanggungjawaban Pihak Perusahaan
Pihak perusahaan pemilik tongkang mengakui bahwa mereka telah mengantisipasi kejadian ini dengan berbagai upaya, tetapi kondisi cuaca di luar kendali membuat insiden tetap terjadi. Mereka juga menegaskan komitmennya untuk bertanggung jawab penuh terhadap kerusakan yang ditimbulkan, termasuk melakukan ganti rugi kepada pemilik jukung.
“Kami akan bekerja sama dengan pemilik jukung untuk memberikan kompensasi yang layak,” tambah perwakilan dari perusahaan tersebut. Hingga saat ini, proses evakuasi dan penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung, dengan fokus untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Catatan:
Insiden tongkang yang menghantam tiga jukung di Palembang terjadi akibat cuaca buruk yang mengganggu pengendalian kapal. Meskipun tidak ada korban jiwa, kerusakan yang dialami nelayan cukup signifikan.
Pihak perusahaan perlu meningkatkan pengawasan dan memastikan bahwa setiap tongkang selalu dikawal oleh dua tugboat, terutama dalam kondisi cuaca ekstrem. Pelatihan bagi kru kapal dalam menghadapi situasi darurat juga perlu diperkuat.
Peran cuaca dan kurangnya tugboat pengawal menyebabkan insiden ini. Dengan tanggung jawab perusahaan yang telah dijanjikan, diharapkan kerugian dapat diminimalisir dan keselamatan perairan lebih terjaga.