Jakarta, Portonews.com – Rencana penghapusan koridor 1 Transjakarta yang menghubungkan Blok M dan Kota menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Keputusan yang diambil untuk menghindari tumpang tindih dengan jalur MRT ini dikhawatirkan akan menambah beban biaya transportasi dan mengurangi kenyamanan pengguna.
Dilansir dari laman Kompas.com, Daud Kafi, seorang pengguna setia bus Transjakarta berusia 20 tahun, menyampaikan keluhannya saat ditemui di Blok M. “Dompet saya udah kering kayaknya. Saya jujur lebih murah TJ (Transjakarta) karena kalau MRT kan kita enggak tahu ada tambahan tarif di setiap stasiun. Kalau TJ kan sama Rp 3.500 cukup,” katanya. Daud mengaku menggunakan layanan koridor 1 hingga lima kali per minggu dan berharap layanan ini tetap beroperasi meskipun MRT diperpanjang hingga Kota. “Kalau kendaraan pribadi saya enggak ada sih. Paling MRT pakai jalan-jalan doang kalau memang sempet. Enggak mungkin setiap hari juga, tarifnya kan enggak sama kayak TJ,” tambahnya.
Edith Dwiranti, seorang lansia yang sering menggunakan layanan Transjakarta untuk aktivitas sehari-hari, termasuk ke area Car Free Day (CFD) Jalan Jenderal Sudirman, menyampaikan pandangannya. “Alangkah baiknya ada TJ ada MRT juga. Jadi kan enggak terlalu, kalau saya pribadi lansia gratis ya, tapi masyarakat umum mungkin nominalnya agak lebih besar kali ya kalau naik MRT,” ujar Edith.
Keluhan serupa juga diungkapkan Hendri, seorang pengguna berusia 59 tahun. Ia mempertanyakan kesiapan MRT dalam menampung lonjakan penumpang jika koridor 1 Transjakarta dihentikan. “Kalau dari Lebak Bulus ke HI itu penuh. Jam setengah 8 saya lihat berdiri semua. Nah kalau itu busnya hilang, ke mana mereka? Apa iya MRT bisa nampung semua?” katanya. Hendri juga menyoroti keterjangkauan Transjakarta bagi warga kelas bawah. “Saya pernah lihat orang jual balon, kayaknya itu ditanya kalau dia pasti mungkin enggak mau MRT dan lebih milih busway atau TJ. Pasti dia merasa kehilangan,” tambahnya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menjelaskan, rencana ini diambil untuk mencegah tumpang tindih jalur transportasi. “Contohnya untuk MRT Lebak Bulus sampai Kota (jika sudah) terbangun, maka untuk koridor satu Transjakarta dari Blok M sampai Kota itu nanti ditiadakan,” kata Syafrin pada Jumat (20/12/2024). Ia menambahkan, penghapusan koridor ini baru akan dilakukan setelah jalur MRT selesai dibangun.
Sementara itu, Ayu Wardhani, Departemen Humas dan CSR Transjakarta, menyatakan bahwa Transjakarta akan mengikuti keputusan Pemprov Jakarta tetapi tetap mempertimbangkan masukan dari pelanggan. “Pengoperasian transportasi publik di Jakarta merupakan kebijakan pemerintah provinsi. Tentunya kami tetap memperhatikan beberapa masukan dan saran para stakeholder, di antaranya adalah para pelanggan Transjakarta,” ujarnya.
Sebagai informasi, koridor 1 Transjakarta Blok M-Kota merupakan jalur tertua yang telah beroperasi sejak 2004. Jalur ini menjadi andalan warga untuk beraktivitas di kawasan Sudirman-Thamrin. (*)