Jakarta, Portonews.com – Mikroalga sebagai salah satu keanekaragaman hayati sangat besar potensinya. Melalui kegiatan riset perlu dipercepat manfaatnya, salah satunya untuk kegiatan pengolahan limbah. Hal ini tentu berdampak positif dan memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan. Selain itu, beragam produk hasil riset berbasis mikroalga harus ditingkatkan potensinya.
Demikian sambutan yang disampaikan oleh Ahmad Fathoni Kepala Pusat Mikrobiologi Terapan Badan Riset dan Invaso Nasional (BRIN), pada webinar yang mengusung tema Unveiling the Potential of Local Microalgae Strains for innovation in Wastewater Treatment and Resource Recovery, Rabu (24/7/2024).
“Potensi mikroalga sebagai sumber pigmen dan energi sehingga perlu upaya maksimal dalam memanfaatkannya. Fokus riset juga harus diarahkan pada kajian mengenai Whole Genome Sequencing (WGS) karena dengan mengetahui karakternya bisa dimanfaatkan untuk mengenali potensinya. Untuk itu dukungan infrastuktur terus dilakukan agar riset berjalan secara optimal,” tambahnya.
Laila Dina Amalia Purba Post-doctoral Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN dalam paparannya menggambarkan metodologi analisis statistik dalam menafsirkan pola dan tren publikasi berdasarkan database scopus terkait budidaya mikroalga pada air limbah. Dalam identifikasinya, sebanyak 1.339 dokumen berhasil teridentifikasi per 30 November 2023.
“Pemahaman akan data bibliometrik terkait mikroalga telah menawarkan wawasan dalam menguak seluk beluk riset terkini, sehingga memungkinkan pertukaran informasi melalui platform digital. Pengungkapan sistematis tentang metodologi ini, tak hanya memfasilitasi keterkaitan antar publikasi ilmiah, namun mampu memvisualisasikan pengetahuan dan jaringan penelitian kolaboratif. Informasi yang dinamis tentunya menjadi alat yang berharga dalam menavigasi komunikasi ilmiah antar periset,” ungkapnya.
Menurutnya, mikroalga atau fitoflankton secara ekologi telah diakui memiliki banyak potensi. Tak hanya sebagai sumber energi terbarukan, mikroalga telah menjadi solusi dalam mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan akibat pembuangan air limbah. Tak heran, bila saat ini telah banyak spesies mikroalga yang turut berperan dalam industri.
“Di masa depan tentunya komersialisasi mikroalga sangat menjanjikan. Pemanfaatan mikroalga dalam meremediasi perairan menjadi pilihan karena ramah lingkungan, sludge yang dihasilkan minim dan biaya operasionalnya murah,” lanjutnya.
Dalam penelitiannya, Laila melakukan eksplorasi mikroalga di perairan Langat, Malaysia. Dari temuannya, terseleksi 3 jenis mikroalga potensial untuk dikultivasi, yakni Acutodesmus obliquus, Desmodesmus maximus, dan Chlorella vulgaris. Selain itu juga dia mengisolasi mikroalga lokal yang mampu mengakumulasi lipid dari perairan Bojongsoang di Bandung. Kandungan lipid pada mikroalga menjadi bahan dasar dalam pembentukan biodiesel. Oleh karena itu, upaya riset terus dilakukan untuk mengoptimalkan kandungan lipid dan pertumbuhan sel yang tinggi.
“Kami berharap, di masa depan keberadaan mikroalga yang telah dibudidayakan dapat menjadi alternatif bahan energi dan bioremidiasi perairan yang semakin tercemar. Oleh sebab itu, berbagai riset dalam upaya optimalisasi potensinya terus diupayakan. Salah satunya dengan cara meningkatkan biomassa mikroalga dan mempercepat pertumbuhannya,” pungkasnya.