Film ini menggugat pemilu di Indonesia bukan sekadar cerita yang dituturkan layar kaca. Ia adalah panggilan untuk membangunkan kesadaran kolektif bahwa proses demokrasi yang kita jalani mungkin saja tidak sesuci yang kita percayai.
Gagasan utama yang diangkat oleh film yang berdurasi hampir dua jam ini adalah kecurangan yang melibatkan struktur politik, kekuasaan, dan permainan di balik tirai pemilu yang menimbulkan tanya besar: Apakah pemilu yang kita lakukan selama ini benar-benar adil dan transparan?
Tidak hanya sekadar menyorot sosok presiden yang terpilih dan politisi muda yang berambisi, film ini menggali lebih dalam tentang bagaimana sebuah negara yang didirikan atas nama demokrasi bisa tergelincir ke dalam praktik-praktik yang mengkhianati prinsip dasar tersebut.
Film ini memberikan ruang bagi penonton untuk merenungkan bagaimana setiap individu—dari pemilih biasa hingga calon presiden—bertanggung jawab atas kelangsungan nilai-nilai demokrasi.
Pemilu sebagai pilar demokrasi seharusnya menjadi cerminan dari suara rakyat, namun film ini mempertanyakan apakah suara tersebut benar-benar didengar. Melalui visual dan narasi yang ditampilkan, film ini menantang pemirsanya untuk tidak hanya pasif sebagai penonton tetapi juga aktif sebagai partisipan dalam percakapan politik yang lebih besar. Di satu sisi, film ini mempertontonkan bagaimana dukungan rakyat dijadikan pedang bermata dua oleh politisi.
Di sisi lain, kita diajak untuk memahami bahwa dalam politik, tidak ada yang benar-benar hitam atau putih. Kita disuguhkan realitas bahwa di balik setiap keputusan politik, ada lobi, kepentingan, dan strategi yang rumit.
Melihat bagaimana dinasti politik berpotensi mempengaruhi jalannya demokrasi, film ini menunjukkan bahwa politik Indonesia mungkin saja sedang berada di tepi jurang oligarki. Perhatian juga dialihkan pada ekspektasi dan harapan masyarakat yang terkadang digantungkan pada janji politisi yang belum tentu terpenuhi.
Dengan berbagai testimoni, data, dan informasi yang disajikan, film ini mengajak kita untuk mempertanyakan kembali apa yang kita ketahui tentang proses pemilu.
Film ini menjadi pengingat penting bahwa setiap suara memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan, dan bahwa demokrasi sejati hanya dapat terwujud melalui partisipasi aktif dan kritis dari seluruh elemen masyarakat.
Terlepas dari semua itu, film ini tidak hanya berperan sebagai kritikus sosial tetapi juga sebagai pengingat bahwa kekuatan untuk membawa perubahan ada di tangan rakyat. Ini adalah seruan untuk keterbukaan, transparansi, dan keberanian untuk memperjuangkan pemilu yang jujur dan adil. Film ini adalah tuntutan kolektif untuk mengembalikan pemilu kepada esensi sebenarnya: pesta demokrasi yang murni dan tidak ternoda.