Taebaek, Korea Selatan, Portonews.com – Pada Selasa (3/9), Kota Taebaek menandatangani perjanjian dengan delapan perusahaan untuk mengembangkan proyek metanol hijau skala besar. Proyek ini bertujuan untuk mengubah kota bekas pertambangan batubara ini menjadi pusat industri energi bersih. Langkah ini merupakan bagian dari kemitraan publik-swasta yang dipimpin oleh Kota Taebaek dan PLAGEN.
Kota kecil yang terletak di Provinsi Gangwon ini, dulunya dikenal sebagai pusat pertambangan batubara. Namun, penurunan jumlah penduduk dan merosotnya industri batubara mengancam keberlangsungan ekonomi lokal. Wali Kota Taebaek, Lee Sang-ho, dalam siaran persnya menyampaikan, “Dengan menurunnya industri pertambangan batubara, risiko kepunahan perkotaan menyebar dengan cepat.”
Penutupan tambang Jangseong pada akhir Juni 2024 menandai akhir dari masa kejayaan batubara di Taebaek, yang sempat menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Sebagai upaya untuk mengatasi penurunan ini, proyek metanol hijau menjadi langkah strategis untuk menghidupkan kembali ekonomi kota.
Pabrik Metanol Hijau Pertama di Korea
Proyek metanol hijau ini dijadwalkan mulai dibangun pada paruh pertama 2025 dan diharapkan dapat mulai memproduksi 10.000 ton per tahun pada 2027. Pembangunan ini didukung oleh Dana Investasi Revitalisasi Regional dan melibatkan delapan perusahaan besar, termasuk Korea East-West Power, Hyundai Corporation, dan Ssangyong E&C.
“Dengan dukungan aktif pemerintah, pembangunan basis produksi metanol hijau 100.000 ton per tahun diharapkan berjalan lancar,” ujar Sang-ho. Proyek ini dirancang untuk mengubah sisa-sisa hutan yang melimpah di Taebaek menjadi bahan baku untuk produksi hidrogen dan karbon monoksida, yang kemudian disintesis menjadi metanol hijau melalui proses kimia katalitik.
Kota Taebaek dipilih sebagai lokasi ideal karena potensi sumber daya alamnya yang melimpah, seperti limbah kayu dari hutan, serta infrastruktur energi terbarukan yang ada, termasuk tenaga angin.
Kontribusi Terhadap Ekonomi Lokal dan Lingkungan
Dengan potensi produksi metanol hijau hingga 100.000 ton per tahun pada 2030, Kota Taebaek diharapkan bisa menyumbang hingga 20 persen dari target produksi metanol hijau Korea. Metanol hijau yang diproduksi di Taebaek akan digunakan sebagai bahan bakar kapal-kapal dalam Koridor Pelayaran Hijau AS-Korea. CEO PLAGEN, John Kyung, menyatakan bahwa proyek ini tidak hanya akan berkontribusi pada ketahanan energi nasional, tetapi juga menjadi penggerak penting dalam revitalisasi ekonomi lokal.
“Kami berharap dapat memproduksi 100.000 ton per tahun metanol hijau di Kota Taebaek pada tahun 2030,” ungkap John Kyung. Menurutnya, ini adalah langkah strategis untuk memastikan ketahanan energi nasional dan mendukung transisi Korea Selatan menuju ekonomi rendah karbon.
Proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon, di mana setiap ton metanol hijau yang diproduksi mampu mengurangi 5,5 ton karbon dioksida.
Pembangunan Berkelanjutan dan Tantangan Produksi
Selain fokus pada revitalisasi ekonomi, proyek metanol hijau di Taebaek juga diharapkan mampu mendorong agenda pembangunan berkelanjutan Korea Selatan. Metanol hijau yang dihasilkan dari bahan baku limbah hutan dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan metanol abu-abu, yang diproduksi dari batubara atau minyak bumi. Teknologi yang digunakan mampu mengamankan kredit karbon senilai US$ 41 untuk setiap ton metanol hijau yang diproduksi.
Menurut Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan, saat ini tengah dilakukan studi kelayakan awal di lokasi tambang Jangseong di Kota Taebaek. Studi ini akan mengevaluasi pembangunan kompleks industri metanol hijau dengan kapasitas produksi hingga 100.000 ton per tahun. Jika studi tersebut memberikan hasil positif, pabrik ini akan menjadi salah satu fasilitas metanol hijau terbesar di dunia.
Sumber Daya Alam dan Infrastruktur yang Mendukung
Kota Taebaek memiliki keunggulan geografis dan sumber daya alam yang cocok untuk produksi metanol hijau. Keberadaan sisa-sisa hutan dari area sekitarnya memberikan pasokan limbah kayu yang melimpah, sehingga bahan baku untuk proses produksi bisa didapat dengan mudah. Selain itu, infrastruktur energi terbarukan, seperti pembangkit tenaga angin, telah tersedia dan mendukung kelancaran proyek ini.
Wali Kota Taebaek, Lee Sang-ho, optimis dengan potensi besar yang dimiliki kotanya. “Kami percaya bahwa proyek ini tidak hanya akan menghidupkan kembali ekonomi kota, tetapi juga menjadikan Taebaek sebagai model bagi kota-kota lain yang ingin beralih dari ekonomi berbasis batubara menuju ekonomi berbasis energi bersih,” katanya.
Kerjasama Antar Perusahaan untuk Proyek Berskala Besar
Sejumlah perusahaan besar turut terlibat dalam proyek ini. Di antaranya adalah Korea East-West Power, Hyundai Corporation, dan LF Energy, yang masing-masing akan bertanggung jawab dalam berbagai aspek pengembangan proyek. Perusahaan-perusahaan ini akan bekerja sama dalam pengadaan bahan baku, pembangunan pabrik, operasi dan pemeliharaan fasilitas, hingga penjualan metanol hijau yang dihasilkan.
Selain itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea juga memiliki peran penting dalam pengembangan sektor maritim berbasis energi hijau. Mereka menargetkan produksi metanol hijau dalam negeri sebesar 500.000 ton per tahun pada 2030, dengan kontribusi signifikan dari pabrik di Kota Taebaek.
Metanol hijau yang diproduksi di Taebaek nantinya akan menjadi bahan bakar utama untuk kapal-kapal yang beroperasi di jalur pelayaran AS-Korea, sekaligus memperkuat posisi Korea sebagai salah satu negara pelopor dalam penggunaan bahan bakar hijau untuk industri maritim.
Dengan demikian, proyek ini tidak hanya mengatasi masalah ekonomi lokal tetapi juga berkontribusi pada tantangan global terkait perubahan iklim dan ketahanan energi.