Samoa, Portonews.com – Sebuah insiden besar melibatkan kapal Angkatan Laut Selandia Baru, HMNZS Manawanui, terjadi pada Minggu lalu di perairan dekat Pulau Upolu, Samoa. Kapal senilai $100 juta tersebut kehilangan daya dan kandas di terumbu karang saat melakukan survei. Kapal kemudian tenggelam dengan membawa 75 orang di dalamnya. Beberapa dari mereka mengalami luka ringan berupa lecet dan goresan.
Banyak video dan foto mengenai insiden ini telah tersebar secara online, menampilkan detik-detik saat kapal tersebut tenggelam. Menurut otoritas setempat, ini merupakan pertama kalinya sejak Perang Dunia II Angkatan Laut Selandia Baru kehilangan sebuah kapal. Kapal ini berada di bawah komando Komandan Yvonne Gray, yang baru pertama kali memimpin kapal tersebut.
Pulau Upolu menjadi pusat perhatian setelah kejadian ini, terutama karena kekhawatiran akan potensi tumpahan minyak besar yang dapat mencemari lingkungan laut. Kapal tersebut membawa sejumlah besar minyak, termasuk minyak pelumas, minyak hidrolik, diesel, dan urea.
Kekhawatiran terkait potensi kerusakan lingkungan semakin meningkat, terutama bagi populasi laut seperti karang dan penyu laut. “Kapal tersebut membawa banyak minyak, pelumas, diesel, dan zat lainnya. Kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja,” ujar Menteri Pertahanan Selandia Baru, Judith Collins, dalam wawancara dengan Newstalk ZB.
Namun, dalam pernyataan resmi dari Wakil Perdana Menteri Selandia Baru yang dirilis hari ini, dinyatakan bahwa “tidak ada bukti tumpahan minyak ke terumbu karang, pantai, atau area sekitarnya.” Meskipun demikian, ada laporan adanya kebocoran kecil minyak dari kapal tersebut.
Samoa kembali menjadi perhatian dunia setelah tim penyelam dan ahli kelautan dikerahkan ke lokasi kejadian untuk memeriksa dampak lingkungan lebih lanjut. Tim ilmuwan saat ini sedang melakukan pengujian sampel air dari perairan sekitar guna mendeteksi adanya jejak minyak.
Pemerintah Selandia Baru berjanji akan terus memantau situasi ini dan bekerja sama dengan pihak berwenang lokal guna memastikan bahwa tidak terjadi bencana lingkungan yang lebih besar.
Pulau Upolu masih menjadi pusat perhatian, dengan pengawasan ketat dari pihak berwenang untuk memastikan bahwa situasi di sekitar kapal tenggelam tetap terkendali. Para ahli kelautan terus memantau perairan di sekitar lokasi kejadian guna memastikan bahwa tidak ada pencemaran minyak yang lebih luas.
Tim penyelam yang dikirim ke lokasi juga terus bekerja untuk memeriksa bangkai kapal dan mengamankan area tersebut dari kemungkinan bocornya bahan berbahaya. Hingga saat ini, situasi masih dianggap terkendali, meskipun ada potensi kerusakan lingkungan jika tumpahan minyak tidak dapat segera diatasi.
Dalam laporan terbaru, disebutkan bahwa meskipun tidak ada bukti tumpahan minyak besar, kondisi kapal yang tenggelam tetap menjadi ancaman bagi lingkungan laut. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa minyak yang tertinggal di kapal dapat mulai bocor seiring waktu, terutama jika tidak ada upaya cepat untuk mengangkat bangkai kapal tersebut.
Samoa telah meminta bantuan internasional untuk menangani potensi bencana lingkungan ini. Negara-negara tetangga di kawasan Pasifik juga telah menawarkan bantuan, termasuk dalam hal logistik dan sumber daya untuk mengatasi situasi darurat di perairan sekitar Pulau Upolu.
Dikutip dari laman in.mashable.com, pihak berwenang di Selandia Baru memastikan bahwa segala langkah telah diambil untuk meminimalisir potensi bencana lebih lanjut. “Kami terus bekerja sama dengan para ahli dan mitra internasional untuk memastikan tidak ada kerusakan jangka panjang terhadap lingkungan laut di sekitar lokasi tenggelamnya kapal,” kata Menteri Pertahanan Judith Collins.
Dengan terus berlangsungnya upaya penyelamatan dan pengawasan, diharapkan situasi ini dapat segera diselesaikan tanpa dampak signifikan bagi ekosistem laut setempat. Namun, pihak berwenang tetap waspada terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi.