Timur Tengah, Portonews.com – Iran tegas membuktikan tak hanya gertak sambal usai Israel menyerang konsulat mereka di Damaskus dan menewaskan beberapa perwira dan dua jenderalnya sekaligus dua pekan lalu. Tercatat Iran telah meluncurkan lebih dari 200 drone dan rudal ke Israel sebagai serangan balasan sejak Sabtu, (13/4/2024). Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Iran terlibat konflik langsung dengan Israel.
Selama ini Iran hanya mengganggu Israel lewat proksi mereka, yakni Hizbullah di Lebanon, Ansarallah atau Houthi di Yaman, Hamas di Gaza, dan tentu saja Suriah. Presiden Iran Ebrahim Raisi menyebut serangan itu dilakukan untuk membela kedaulatan dan kepentingan nasional Iran sekaligus sebagai hukuman terhadap musuh mereka.
Ketegangan di Timur Tengah Meningkat Akibat Serangan Iran
Aksi balasan Iran terhadap Israel tentu saja meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan dapat memicu perang yang jauh lebih besar yang belum pernah dibayangkan di kawasan tersebut. Iran sudah memperhitungkan keputusan mereka secara matang. Mereka tak gentar meski Israel dibekingi AS yang memiliki kemampuan militer terkuat di dunia. Sebab, Iran tak sendirian.
Kim Jong Un Mengumumkan Kesiapan Korea Utara untuk Perang
Tiga hari sebelum Iran melancarkan serangan, pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un sebelumnya menyatakan kesiapan negaranya untuk perang. Hal itu disampaikan Kim saat mengunjungi Akademi Militer dan Politik di Pyongyang pada 10 April 2024. Kim sesumbar dapat menghadapi segala kemungkinan yang terjadi tanpa kegagalan. Gertak yang disampaikan Kim berkait situasi yang tak menentu di Semenanjung Korea seiring meningkatnya konflik bersenjata dengan Korea Selatan.
Kerja Sama Rahasia Iran-Korea Utara dalam Pengembangan Senjata
Pihaknya akan tanpa ragu melancarkan serangan mematikan kepada musuh dengan memobilisasi segala kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki, jika AS dan Korea Selatan memilih konfrontasi militer. Namun, tak menutup kemungkinan ada sokongan Korea Utara di balik keberanian Iran melancarkan serangan langsung ke Israel yang didukung penuh oleh AS.
Iran telah menjalin kerja sama militer rahasia yang erat dengan Korea Utara selama beberapa dekade. Pyongyang diyakini memainkan peran utama dalam pengembangan rudal balistik Teheran yang dianggap sebagai ancaman serius oleh negara-negara di kawasan. Iran dan Korut sama-sama bangga menjadi negara yang mandiri dan mengembangkan industri militer dalam negeri, meskipun keduanya memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan Tiongkok.
Dampak Kerja Sama Iran-Korea Utara dalam Konflik Terbaru
Kerja sama Iran dan Pyongyang dalam pengembangan rudal balistik dan program nuklir diyakini terus berlanjut sejak perjanjian nuklir Iran ditandatangani pada tahun 2015.
Ancaman Rudal Korut: Daratan AS dalam Jangkauan
Menurut Joseph Byrne, seorang peneliti di Royal United Services Institute, Korea Utara telah menguji rudal dengan jangkauan yang semakin jauh, termasuk rudal balistik Hwasong-14 yang bisa mencapai New York. Pengembangan rudal terbaru, seperti Hwasong-15 dan Hwasong-17, bahkan menempatkan semua daratan AS dalam jangkauan Korut.
Pesan Kuat dari Pengembangan Rudal Baru
Rangkaian rudal baru ini tampaknya menjadi pesan kepada pemerintahan Joe Biden bahwa kekuatan militer Korea Utara telah meningkat. Ini tercermin dari pernyataan Biden yang enggan mendukung serangan balasan Israel terhadap Iran, dengan alasan bahwa serangan Iran dinilai gagal.
Reaksi Biden dan Potensi Dampaknya
Meskipun Biden menegaskan bahwa AS akan terus membela Israel dalam mempertahankan diri dari serangan musuh, keengganannya untuk mendukung serangan balasan Israel terhadap Iran menunjukkan kekhawatirannya akan eskalasi konflik di Timur Tengah. Dmitry Medvedev dari Rusia bahkan menyebut bahwa reaksi Biden menunjukkan ketakutan akan terjadinya perang besar di kawasan tersebut, yang dapat berdampak pada reputasi dan kemenangan politiknya di masa depan.
Dari informasi yang disampaikan, terlihat bahwa ketegangan di Timur Tengah tidak hanya dipicu oleh aksi Iran dan Korea Utara, tetapi juga oleh reaksi dan kebijakan AS dalam menanggapi situasi tersebut.
Catatan :
Dalam menghadapi kompleksitas situasi global saat ini, penting bagi pemerintah AS untuk mempertimbangkan strategi diplomasi yang matang. Mereka perlu memperkuat kerja sama dengan sekutu regional dan internasional, termasuk Israel, untuk mengatasi ancaman yang dihadapi oleh Iran dan Korea Utara.
Diplomasi yang efektif dapat membantu mencegah eskalasi konflik di Timur Tengah dan Asia Timur, sambil tetap memperjuangkan kepentingan dan keamanan nasional AS dan sekutunya.
Situasi saat ini menunjukkan betapa kompleksnya dinamika politik dan keamanan di Timur Tengah dan Asia Timur. Ancaman dari rudal-rudal baru Korea Utara dan ketegangan antara Iran dan Israel menimbulkan tantangan besar bagi kestabilan regional dan global.
Respons yang bijaksana dan proaktif dari pemerintah AS, serta kerja sama yang erat dengan sekutu-sekutunya, menjadi kunci dalam mengelola krisis dan mencegah eskalasi konflik yang dapat berdampak luas.