Jakarta, Portonews.com – Webinar series volume pertama yang diselenggarakan oleh Departemen Energi Digital, Mineral, dan Investasi Alumni Connect PPI Dunia (Asosiasi Lulusan asal Indonesia dari Kampus Luar Negeri) dan Komunitas Migas Indonesia melalui YouTube PPI TV menyoroti pendekatan-pendekatan inovatif dalam diversifikasi energi untuk menguatkan energi security, mengendalikan perubahan iklim dan mengoptimalkan potensi dalam negeri. Webinar ini menarik perhatian peserta dari kalangan akademisi, birokrat, pegawai BUMN, pihak swasta, aktivis, dan pengusaha serta masyarakat pegiat energi.
Menurut Muhammad Iksan Kiat – Ketua DEMI Alumni Connect PPI Dunia, Indonesia baiknya tidak masuk dalam permainan yang dibuat negara lain yang belum tentu cocok dengan situasi dan kondisi nasional. “Negri ini punya potensi, konsentrasi dan cara dominasi sendiri. Seperti dalam balapan, kita punya rail sendiri punya momen sendiri untuk jadi game changer, dan yang penting di akhir kita jadi juara, game owner,” ujar Iksan kepada wartawan, Sabtu, 27/7/2024.
Webinar volume pertama yang bertemakan “Diversifikasi Energi dan Konsep “Energy Addition”: Teknologi Clean Coal, Transgas Pipeline dan LNG, dan CCUS untuk Energy Mix yang Resilient, Reliable, dan Sustainable” ini menghadirkan pembicara-pembicara terkemuka dari berbagai sektor. Acara dibuka dengan sambutan dari S. Herry Putranto, Ketua Komunitas Migas Indonesia, yang menekankan pentingnya membahas isu-isu energi global dan peran sektor energi dalam menjawab tantangan perubahan iklim, seperti CCS/CCUS dsb.
Adapun pandangan para ahli dan pemangku kepentingan sebagai berikut:
Dr. Julian A. Shiddiq, Direktur Pembinaan Program Mineral Batubara, menyatakan bahwa “Batubara masih menjadi sumber energi utama dan penyangga bagi Indonesia hingga energi terbarukan dapat mencapai porsi yang diharapkan sesuai target bauran energi nasional. Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, batubara dapat dioptimalkan melalui inovasi teknologi untuk menggantikan pembangkit eksisting dengan pembangkit baseload EBT seperti melalui Biomass Cofiring. Selain itu, juga melalui penerapan inovasi Teknologi Batubara Bersih termasuk penerapan IGCC dan CCS/CCUS.”
Dr. Nuki Agya, Direktur Utama ASEAN Center for Energy, berpandangan bahwa “Kalau kita harus mem-phase out batubara, yang menjadi problem adalah mengurangi kapabilitas kita untuk mensecure our energy supply, karena kita memiliki abundant resources dari hidrokarbon itu sendiri dan juga akan memperparah ketergantungan kita terhadap less secure energy resources. PV dan WIND itu 90% proses produksinya berada di China. Dan kita gak cukup waktu untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Gimanapun, kalau kita paksa produksi wind dan solar ada di Asia Tenggara misalnya, itu kita butuh 20 tahun. 20 tahun itupun belum tentu harga PV dan WIND kita jadi lebih murah karena infrastruktur di China sudah sangat-sangat sempurna untuk membuat biaya PV dan WIND sangat murah. Dan kalau kita tergantung teknologinya dari negara lain, berarti kita menggantungkan energy security kita terhadap negara lain, dan itu bukan merupakan salah satu kategori energy security. Kita masuk dalam jebakan energy insecurity, jadi kita tidak bisa rely terhadap supply energy kita sendiri.”
Dr. Anggawira, Ketua Asosiasi Perdagangan Energi dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO), menyoroti tantangan yang dihadapi pelaku usaha level medium dalam mengoptimalkan potensi yang ada. “Ketika demand tinggi, mereka kesulitan meningkatkan produksi karena kesulitan mendapatkan pembiayaan dan butuh alat berat. Waktu yang seharusnya bisa kita optimalkan untuk meraup keuntungan jadi tidak optimal. Perusahaan kecil dan menengah biasanya tidak bisa mengakses pembiayaan lain selain perbankan. Tapi dari perbankan sendiri sudah merah, sebaiknya dari sektor keuangan misalnya OJK dan bank-bank dapat menerapkan kebijakan yang lebih lentur, tidak menopang secara langsung tapi sub-bisnis seperti alat berat bisa mendapatkan dukungan.”
DEMI Alumni Connect akan mengadakan webinar ini setiap bulan dengan topik-topik yang relevan dengan sektor digital, energi, mineral, dan investasi.
“Program ini bertujuan untuk melakukan edukasi, mewadahi aspirasi, dan membuka ruang diskusi antar ahli dan pemangku kepentingan serta pihak-pihak terkait. Ini adalah gerakan intelektual penta-helix untuk mengkonsolidasi berbagai peran guna mewujudkan kebijakan dan bisnis yang berdaya saing global dan ikut berperan sebagai bagian dari solusi dalam menghadapi perubahan iklim,” tutur Iksan Kiat.
Acara ini didukung oleh berbagai organisasi, termasuk ASIDA, HIPMI, SPA, WPC, IATMI, PERHAPI, dan FOKAL. Mitra media seperti Energy World, OG Indonesia, Ruang Energi, CSR, Jakarta Satu dan Listrik Indonesia juga berperan penting dalam mempromosikan acara ini. Untuk informasi lebih lanjut dapat diakses melalui YouTube PPI TV.